42. Kehangatan itu kembali.

3.3K 377 17
                                    

Bian menurunkan kakinya ke lantai ketika merasa dirinya ingin buang air kecil. Asha yang melihat suaminya itu ingin beranjak dari tempat tidurnya, langsung bergerak menghampiri suaminya itu.

“Kamu mau kemana?” ucap Asha.

“Mau ke kamar mandi, Sha. Mau buang air kecil,” ucap Bian.

“Ayo aku bantu,” ucap Asha.

Asha mengalungkan tangan kanan Bian di bahunya, membantu memapah suaminya itu masuk ke dalam kamar mandi.

“Aku tunggu disini, ya. Hati – hati jalannya, takutnya ubinnya licin,” ucap Asha.

“Iya, sayang,” ucap Bian.

Dengan langkah pelan, Bian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan niatnya yang ingin buang air kecil. Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi, di bantu oleh Asha untuk kembali berbaring di tempat tidur.

“Mau minum, gak? Minum air putih, ya?” tawar Asha.

“Boleh,” ucap Bian.

Asha mengambil segelas air putih yang ada di nakas, memberikan segelas air putih itu pada suaminya, agar suaminya bisa cepat sembuh. Setelah air putih itu habis tak tersisa, Asha kembali meletakkan gelas itu di nakas.

“Tidur, ya? Istirahat,” ucap Asha.

Asha membantu Bian berbaring di tempat tidurnya, mencari posisi yang nyaman untuk suaminya itu. Ketika Asha hendak menarik tangannya, lelaki itu lebih dahulu menahan pergelangan tangan Asha.

“Jangan di lepas, ya?” ucap Bian.

“Iya. Yaudah, kamu tidur,” ucap Asha.

Bian berusaha memejamkan matanya sambil menggenggam tangan Asha. Sedari tadi, lelaki itu terus bertingkah manja dengan Asha, seolah tak ingin isterinya itu pergi lagi. Setelah melihat suaminya sudah tertidur pulas, Asha melepaskan genggaman tangan Bian, perlahan. Asha menarik selimut yang di kenakan Bian hingga menutupi dada bidang suaminya itu, agar suaminya itu bisa lebih nyaman.

Di dalam ruangan Bian masih ada Kirana dan Diandra yang masih setia menemani lelaki itu. Malam nanti, mungkin hanya Asha yang akan menemani Bian, mama mertua dan adik iparnya akan pulang ke rumah untuk istirahat.

“Sha, mama mau bicara berdua sama kamu, bisa?” tanya Kirana.

“Bisa, Ma. Mau bicara dimana?” tanya Asha.

“Kita bicara di luar aja,” ucap Kirana.

Asha dan Kirana beranjak dari tempat duduk mereka, melangkahkan kaki mereka keluar dari ruangan rawat inap Bian. Keduanya duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruangan Bian.

Kirana memeluk tubuh Asha erat, membuat tubuh Asha membeku seketika. Tangan Kirana terulur mengelus punggung Asha, memberikan kenyamanan pada menantunya itu.

“Jujur, Mama gak tau, harus mengucapkan terimakasih sebanyak apa sama kamu. Jujur, Mama juga gak tau harus sebanyak apa Mama mengucapkan kata Maaf sama kamu. Makasih ya, Sha, kamu sudah mau berusaha memaafkan Bian dan menerima Bian kembali di hidup kamu. Mama tau, mungkin sampai saat ini luka yang Bian berikan ke kamu masih terbuka lebar, masih sangat membekas di hati kamu. Mama tau sampai saat ini kamu masih berusaha untuk bisa berdamai dengan semuan luka yang kamu rasakan. Maafin Mama, ya, karena Mama, kamu harus ada di tengah – tengah hubungan Bian dan Nayra, karena perjodohan yang Mama buat. Mama tidak menyangka kalau semuanya akan semenyakitkan ini untuk kamu. Mama benar – benar minta maaf sama kamu, Sha,” ucap Kirana dengan lembut.

“Ma, jangan minta maaf sama Asha, ya. Mama gak salah kok, Ma. Asha sekarang lagi belajar untuk bisa mengikhlaskan semua masalah yang terjadi kemarin. Asha sekarang lagi belajar untuk bisa menjadi  pribadi yang lebih kuat, dari masalah yang Asha hadapi kemarin.” ucap Asha.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang