08. Cuek.

6K 437 27
                                    

Asha mengaduk makanan yang ada di hadapannya itu, menatap makanan yang ada di hadapannya itu dengan tatapan kosong. Dalam diamnya saat ini, Asha sedang berpikir, apa dirinya sudah siap untuk bertemu dengan Bian kembali? Apa hatinya sudah siap untuk terluka lagi karena perlakuan Bian?

Rasanya, Asha ingin sekali menginap di rumah ini sampai beberapa hari kedepan, sampai dia siap untuk kembali ke rumah Bian. Asha ingin tetap merasakan kenyamanan dirumah ini, yang tidak bisa dia dapatkan di dalam rumah Bian. Namun Asha sadar bahwa dia tidak bisa melakukan itu. Semakin lama Asha menginap disini akan semakin membuat ayah dan bundanya curiga bahwa hubungan Asha dan Bian memang tidak baik - baik saja. Asha tak mau hal itu terjadi. Asha tak ingin orangtuanya tau permasalahan dirinya dengan Bian. Asha tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya orangtuanya nanti ketika dia tau bahwa anak perempuan satu - satunya ini diperlakukan tidak adil oleh suaminya.

"Sha, kok sarapannya gak di makan, sayang?" tanya Risa sambil mengelus punggung tangan Asha.

Asha tersadar dari lamunannya ketika merasa punggung tangannya dielus oleh Risa. Asha memakan sarapan yang ada dihadapannya itu, lagi - lagi tak ingin membuat orangtuanya curiga bahwa saat ini dia sedang banyak pikiran.

"Kamu baik - baik, aja?" tanya Hendra.

"Aku baik - baik aja kok, ayah. Cuman memang lagi kurang napsu sarapan aja," ucap Asha berbohong.

"Harus sarapan, dong. Nanti kalau kamu gak sarapan, kamu sakit," ucap Hendra mengelus kepala Asha.

"Iya, ayah," ucap Asha.

Asha kembali memasukkan sesendok nasi goreng yang ada di hadapannya itu ke dalam mulutnya, menikmati nasi goreng yang ada dihadapannya itu hingga habis tak tersisa.

Tok. Tok. Tok.

Perhatian mereka teralihkan ketika mendengar pintu rumah mereka diketuk. Hendra beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekati pintu rumah untuk melihat siapa orang yang bertamu ke rumahnya pagi - pagi. Tatapan Hendra seketika berubah ketika melihat bahwa yang mengetuk pintu rumahnya adalah Bian, menantunya.

"Assalamualaikum, ayah," ucap Bian sambil mencium punggung tangan Hendra.

"Waalaikumsalam," ucap Hendra. "Kamu datang kesini pasti mau jemput Asha, ya? Ayo masuk. Asha masih sarapan di meja makan," ucap Hendra ramah.

Hendra mempersilahkan Bian masuk ke dalam rumah. Keduanya berjalan beriringan ke arah meja makan, menghampiri Asha dan Risa yang masih sarapan.

"Assalamualaikum, bunda," ucap Bian sambil mencium punggung tangan Risa.

"Waalaikumsalam, Bian," ucap Risa dengan senyum di bibirnya.

Asha yang semula belum menyadari kedatangan Bian mengalihkan pandangannya ke arah Bian yang berdiri di belakangnya. Tatapannya seketika berubah ketika sorot mata mereka bertemu.

"Kak Bian ngapain datang kesini?" batin Asha.

"Sarapannya sudah selesai, belum?" tanya Bian pada Asha.

"Sebentar lagi selesai," ucap Asha.

"Yaudah di selesaikan dulu sarapannya, habis itu aku antar kamu ke kampus," ucap Bian.

Bian ikut duduk di kursi kosong yang ada di samping Asha, bersama dengan Hendra dan juga Risa.

"Bian sudah sarapan, belum? Mau bunda ambilkan nasi goreng?" tawar Risa.

"Sudah, Bun. Tadi kebetulan sebelum datang kesini aku sarapan dulu," tolak Bian secara halus.

"Atau mau dibawa untuk bekal saja? Ini nasi gorengnya yang buat Asha, loh," tawar Risa lagi.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang