Prolog.

15.9K 388 4
                                    

Seorang perempuan bernama Aneisha Salma Azalia, atau biasa dipanggil Asha terlihat menatap intens sosok lelaki yang duduk dihadapannya, menghiraukan suasana riuh yang tercipta di sekitarnya. Suasananya hening tercipta di meja itu, membuat Asha beberapa kali menghela napasnya berat. Lelaki yang duduk di hadapannya itu bernama Rony Sabian Bimantara, calon suaminya. Lebih tepatnya adalah sosok lelaki yang orangtua Asha pilih untuk menjadi pendamping hidup Asha. Pertemuan mereka kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya mereka selalu bertemu di dampingi dengan orangtua mereka untuk membahas pernikahan mereka, kali ini mereka hanya bertemu berdua, karena ada yang ingin Bian katakan pada Asha, dan lelaki itu bilang penting.

“Jadi, apa yang mau kakak bicarakan dengan aku, kak?” tanya Asha.

“Gue mau lo batalin semua rencana pernikahan kita.” ucap Bian dingin.

Asha tercekat ketika mendengar apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu. Bagaimana bisa Asha membatalkan rencana pernikahan mereka, sedangkan pernikahan mereka akan digelar lusa?, yang berarti hanya tinggal menghitung hari. Yang menjadi pertanyaan Asha sekarang adalah apa yang membuat lelaki itu berubah pikiran, sampai ingin membatalkan pernikahan mereka?

“Kak, jangan bercanda, deh.” ucap Asha.

“Lo lihat mata gue, apa gue terlihat sedang bercanda?” ucap Bian.

Asha menghela napasnya berat. Sorot mata lelaki itu memang sangat serius, tidak terlihat seperti sedang bercanda. Namun bagaimana mungkin Asha bisa menuruti keinginan lelaki itu? Apa yang harus Asha katakan pada bunda dan ayahnya? Jika memang lelaki itu tak ingin menikah dengannya, mengapa tak dari awal lelaki itu menolak perjodohan ini?

“Pernikahan kita digelar lusa, kak. Bagaimana bisa aku membatalkan semuanya? Semua persiapan pernikahan kita juga sudah selesai. Bagaimana nantinya dengan keluarga kita, kalau mereka tau kita ingin membatalkan pernikahan kita?Aku gak mau mengecewakan mereka, Kak,” ucap Asha.

Bian sudah bisa menduga bahwa Asha pasti akan sangat sulit diajak bekerja sama dengannya untuk membatalkan rencana pernikahan mereka itu. Terlihat dari sejak awal pertemuan mereka, sampai orangtua mereka memberitahu bahwa mereka ingin di jodohkan, Asha menerima semua itu dengan tangan terbuka, berbeda dengan dirinya yang sampai detik ini masih menganggap semua ini mimpi buruk baginya.

“Sha, gue gak  cinta sama lo, Lo juga gak cinta sama gue. gimana bisa pernikahan dibangun tanpa dasar rasa cinta?” ucap Bian.

“Bisa, Kak, selama kita mau berusaha untuk membuka diri kita dan saling menerima satu sama lain,” ucap Asha yakin.

“Terbukti dari abang aku. Bang Reza menikah sama Kak Bella itu karena di jodohkan. Sekarang mereka bisa bahagia dan mempunyai anak – anak yang lucu. Jadi, kamu tidak bisa beropini kalau menikah tanpa dasar cinta tidak akan berujung bahagia,” ucap Asha.

“Gue bukan abang Lo. Jangan pernah samakan gue sama dia. Gue cuman mau menikah sekali seumur hidup, dan itu bukan sama Lo!” ucap Bian.

Asha memejamkan matanya, mencoba untuk mengontrol dirinya. Asha harus menyelesaikan ini semua dengan kepala dingin, tidak bisa mengandalkan emosi di dalamnya.

"Kak, kalau kakak memang gak mau menikah sama aku, kenapa gak dari awal kakak bilang sama keluarga kita kalau kakak menolak perjodohan yang mereka buat? Selama ini kakak selalu nurut sama mereka, kakak selalu melakukan apa yang mereka mau, kakak selalu terlihat menerima perjodohan ini dengan tangan terbuka. Kalau kakak bilang dari awal sama mereka ingin menolak perjodohan ini, mungkin semuanya gak akan berjalan sampai detik ini, kak. Aku juga yakin mereka bisa menerima keputusan kakak dan gak akan memaksakan kehendak mereka," ucap Asha.

"Lo pikir gue gak pernah melakukan penolakan sama orangtua gue? Lo pikir gue diam aja, ketika gue tau gue akan dijodohkan dengan perempuan asing yang baru gue kenal?! Dari awal gue tau kalau gue mau di jodohin sama lo, sebelum kita ketemu, gue udah tolak perjodohan itu mentah - mentah. Gue udah bilang sama orangtua gue kalau gue gak bisa menikah sama perempuan yang gak gue cinta. Tapi apa yang mereka katakan? Mereka tetap memaksa gue buat terima perjodohan sialan ini! Bodohnya gue gak bisa berbuat apa - apa untuk membatalkan semuanya!" ucap Bian frustasi.

Asha hanya bisa diam, menatap Bian yang terlihat sangat frustasi itu. Dari sekian pertemuan mereka, baru kali ini Asha melihat Bian sekacau saat ini. Sebelumnya Bian tak pernah menunjukkan sisinya yang seperti ini. Apa mungkin selama ini dia sandiwara di depan keluarga mereka, bersikap seolah dia menerima perjodohan ini dengan ikhlas?

"Semua keputusan untuk tetap melanjutkan rencana pernikahan ini atau tidak, ada di tangan Lo. Kalau pun pernikahan itu tetap jadi, satu hal yang Lo harus tau, kalau Lo tetap kekeh memaksakan diri untuk melanjutkan rencana pernikahan kita ini, jangan pernah berharap bahwa lo akan bisa hidup bahagia menikah sama gue. Karena sampai kapanpun, Lo akan tetap menjadi orang asing di hidup Gue.” ucap Bian.

Bian beranjak dari tempat duduknya, berjalan keluar dari restoran, meninggalkan Asha yang duduk termenung ketika mendengar perkataan terakhirnya. Hari padahal sudah larut malam, namun Bian tega meninggalkan Asha seorang diri di restoran, karena egonya, tak memikirkan bagaimana nantinya Asha pulang.

Asha sedikit tak habis pikir, Bian bisa berbicara seperti itu padanya dan meninggalkannya seorang diri di restoran ini. Asha pikir, Bian bisa menerima perjodohan yang dibuat oleh keluarga mereka dengan tangan terbuka, sama seperti dirinya, namun ternyata tidak seperti itu. Asha harus menerima fakta bahwa dia menikah dengan seseorang yang tidak bisa menerima dirinya.

Namun dengan begitu, bukan berarti Asha akan menyerah dengan sikap dan tingkah yang Bian tunjukkan. Asha akan tetap kekeh dengan pendiriannya untuk melanjutkan rencana pernikahan mereka, apapun nanti rintangan yang akan dia hadapi. Biarlah kali ini Asha mengorbankan kebahagiaannya demi kebahagiaan orangtuanya dan orangtua Bian.

“Aku akan tetap pada pendirian ku, Kak. Aku yakin kamu lelaki yang baik. Kamu hanya butuh waktu untuk bisa menerima aku dan menerima takdir ini. Cepat atau lambat aku pasti bisa meluluhkan hati kamu.” Batin Asha.

***

"Jangan meletakkan ekspektasi apapun padaku, karena sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa bahagia hidup denganku. Aku hanyalah orang yang bisa menaburkan luka di hatimu, entah itu disengaja, ataupun tidak di sengaja." Rony Sabian Bimantara.

"Aku tau rencana tuhan itu baik. Tuhan memberikan kamu kepadaku, artinya tuhan tau bahwa kamu baik untuk aku. Aku hanya perlu bersabar, sampai waktunya kita bisa hidup bahagia sebagai pasangan suami isteri pada umumnya." Aneisha Salma Azalia

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang