14. Quality Time.

6.4K 422 13
                                    

Tok. Tok. Tok.

Asha mengalihkan pandangannya ketika mendengar pintu kamarnya yang di ketuk. Asha menghela napasnya berat. Pasti yang mengetuk pintu kamarnya itu, Bian. Siapa lagi kalau bukan lelaki itu? Kalau Bibi Ratna yang mengetuk pintu kamarnya, pasti Bibi Ratna memberitahunya, bahwa perempuan itu yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok. Tok. Tok.

Asha beranjak dari tempat tidurnya. Berjalan mendekati pintu kamarnya, membuka pintu kamarnya itu lebar.

"Apa, sih?" tanya Asha ketika membuka pintu kamarnya.

"Permisi, gue mau masuk ke dalam," ucap Bian.

"Mau ngapain? Neora udah tidur." ucap Asha.

"Tidur di kamar Lo juga, sama Neora," ucap Bian.

Asha membolakan matanya, malas. "Gak usah aneh - aneh." ucap Asha.

"Gak aneh, Sha. Kita kan suami isteri, gapapa dong, kalau kita tidur di satu kamar yang sama?" ucap Bian.

"Dari awal kan kamu sendiri yang kasih kamar ini ke aku. Kamu yang gak mau satu kamar sama aku. Kenapa sekarang tiba - tiba mau tidur di kamar aku?" ucap Asha.

"Itu kan dulu, sekarang gue mau kita kayak suami isteri pada umumnya. Gue mau tidur satu kamar sama Lo. Cuman tidur satu kamar kok, janji gak ngapa - ngapain," ucap Bian.

"Bolehin gue masuk ke dalam ya?" ucap Bian memohon.

Asha menggeser tubuhnya, memberikan Bian akses masuk ke dalam kamarnya. Setelah Bian masuk ke dalam kamar, Asha kembali menutup pintu kamarnya. Keduanya berjalan beriringan ke arah tempat tidur.

"Neora tidur di tengah?" tanya Bian.

"Iya." ucap Asha.

"Yah, gak bisa peluk, dong?" ucap Bian.

Asha tak memperdulikan Bian. Asha merebahkan tubuhnya di kasur, menghadap ke arah Neora, memeluk Neora dengan penuh kasih sayang. Bian ikut merebahkan tubuhnya di samping Neora, ikut memeluk keponakannya itu.

"Kak."

"Stttt. Jangan berisik. Neora nanti kebangun," ucap Bian.

Asha menghela napasnya berat. Asha hendak mengubah posisinya menjadi membelakangi Bian dan Neora, namun Bian sudah lebih dahulu memeluknya erat, membuat dia harus mengurungkan niatnya itu.

"Selamat tidur, isteri." ucap Bian.

"Berisik." ucap Asha menahan seribu rasa salah tingkahnya.

***

Bian mengerjapkan matanya ketika merasa tidurnya terusik karena cahaya matahari. Bian mengulat, merentangkan kedua tangannya di udara. Ketika kesadarannya sudah terkumpul sempurna, Bian mengalihkan pandangannya ke arah Asha dan Neora yang masih tertidur pulas di sampingnya.

Senyuman terukir di bibir Bian, ketika bisa melihat Asha masih tertidur pulas di sampingnya. Wajah perempuan itu sangatlah tenang dan teduh. Mungkin Bian hanya bisa melihat wajah tenang itu jika Asha sedang tidur, karena jika Asha sudah bangun, Asha hanya akan menatapnya dengan tatapan dingin.

"Lo cantik, Sha. Lo baik. Lo sempurna menjadi seorang isteri gue. Gue yang banyak kurangnya dalam pernikahan ini. Kurang karena gue tidak bisa memperlakukan Lo dengan baik. Kurang karena gue baru menyadari, kalau perempuan seperti Lo harus gue perjuangkan. Gue masih bisa berjuang untuk dapatkan hati Lo, kan, Sha?" batin Bian.

"Cie, Om Bian tatap wajah bunda pas bunda lagi tidur," goda Neora yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Bian mengalihkan pandangannya ke arah Neora, menggeleng kepala, melihat tingkah keponakannya itu.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang