04. Sakit?

6K 330 15
                                    

Asha memijat pelipisnya yang terasa pening. Pagi ini suhu tubuh Asha panas tinggi. Wajahnya juga pucat. Yap, Asha sakit karena kemarin kehujanan, dan mungkin karena saat ini cuaca juga sedang pancaroba, kadang panas, kadang juga hujan.

Hari ini sebenernya Asha ada jadwal kuliah, yang mengharuskan dirinya berangkat ke kampus. Namun karena keadaannya tidak memungkinkan untuk dirinya pergi ke kampus, dia memutuskan untuk izin kepada dosennya untuk tidak masuk hari ini.

"Kenapa lemah banget sih, Sha? Baru kehujanan aja sakit," batin Asha.

Asha mematikan AC kamarnya, kembali menarik selimut hingga menutupi tubuhnya. Jika ada Hendra, pasti Hendra akan memeluk Asha, ketika tau Asha sedang sakit seperti ini. Pasti Hendra akan selalu menemani Asha, tak akan pernah meninggalkan dia. Namun sekarang siapa yang akan memeluk Asha? Tak mungkin Bian, kan? Mana mau suaminya itu di repot kan hanya untuk memeluk dirinya.

Tok. Tok. Tok.

Asha mengalihkan pandangannya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Pasti itu bibi Ratna yang mengetuk pintu kamarnya. Tak mungkin Bian, karena suaminya itu pasti sudah berangkat ke kantor.

"Masuk aja, Bi, pintunya gak di kunci," ucap Asha dari dalam kamar.

Ceklek.

Pintu kamar itu terbuka lebar. Bulan. Bukan bibi Ratna yang masuk ke dalam kamar Asha, tapi Bian. Lelaki itu masuk ke dalam kamar Asha, menghampiri Asha yang masih ada di tempat tidur. Sebisa mungkin Asha mengubah ekspresinya, tak ingin menunjukkan pada suaminya itu bahwa dia sedang sakit.

"Kenapa, Kak?" tanya Asha.

"Ada mama dibawah, mau ketemu sama Lo." ucap Bian.

"Baru datang?" tanya Asha.

"Iya." ucap Bian.

Asha menyibak selimut yang dikenakan, beranjak dari tempat tidurnya. Ketika sudah berdiri, Asha mencoba melangkahkan kakinya. Baru beberapa langkah Asha melangkahkan kakinya, kepalanya kembali terasa pening membuat Asha menghentikan langkahnya. Asha memegang kepalanya, memijat pelipisnya itu kembali.

"Kenapa? Lo sakit?" tanya Bian yang sedari tadi memperhatikan Asha.

"Enggak, aku gapapa. Kamu kebawah duluan aja, kak. Nanti aku nyusul." ucap Asha.

Bian menempelkan punggung tangannya ke kening Asha. Panas. Itu yang Bian rasakan ketika punggung tangannya menyentuh kening Asha.

"Lo demam?" tanya Bian memastikan.

"Enggak." ucap Asha.

"Suhu tubuh Lo panas. Masih mau bilang kalau Lo gak demam?" ucap Bian.

"Gak usah peduli sama aku. Aku gak mau ngerepotin kakak." ucap Asha.

Asha beranjak keluar dari kamarnya, meninggalkan Bian yang masih ada di dalam kamar. Asha melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, menghampiri mama mertuanya yang sudah menunggunya di ruangan keluarga.

"Hai, sayang," sapa Kirana ketika melihat kedatangan Asha.

"Hai, mah," ucap Asha.

Asha duduk di samping mama mertuanya itu, lalu mencium punggung tangan mama mertuanya itu.

"Wajah kamu pucat sekali. Kamu sedang sakit, ya?" tanya Kirana.

"Iya, mah, lagi demam sama pusing. Mungkin karena cuacanya lagi pancaroba kali, ya, makanya aku jadi gampang sakit," ucap Asha.

"Yaampun, menantu mama kasihan sekali. sudah sarapan dan minum obat, belum?" tanya Kirana.

"Belum, mah. Kebetulan juga Asha baru bangun, tadi dibangunin sama Kak Bian," ucap Asha.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang