62. Gender

1.9K 218 5
                                    

Setelah menunggu beberapa lama, hari yang Asha dan Bian nantikan akhirnya tiba. Hari ini ia dan Bian sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk cek kandungannya, sekaligus ingin mencari tahu jenis kelamin anak pertama mereka itu. Semoga saja kali ini janin yang ada di kandungannya itu mau menunjukkan jenis kelaminnya, karena mereka sudah sangat penasaran, apa jenis kelamin anak pertama mereka itu.

"Dek, hari ini gak boleh ngumpet lagi, ya? Ibu sama ayah mau tau jenis kelamin adek, biar nanti kita bisa carikan nama yang bagus untuk adek," ucap Asha bicara pada anaknya.

Tangan kiri Bian ikut mengelus perut Asha.

"Ayah minta kerjasamanya ya, dek, kali ini. Kalau kita tau jenis kelamin adek, kita kan bisa belanja keperluan adek. Nanti ayah sama ibu belikan adek baju - baju yang bagus, yang nyaman untuk adek pakai," ucap Bian.

"InsyaAllah hari ini kita bisa tau ya, Mas," ucap Asha.

"Semoga," ucap Bian.

Bian menepikan mobilnya ketika mereka sudah sampai di rumah sakit. Lelaki itu turun dari mobilnya terlebih dahulu, membukakan pintu mobil untuk Asha, agar isteri nya itu turun dari mobil.

Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam rumah sakit. Karena mereka sebelumnya sudah mendaftar via telepon, mereka bisa langsung menunggu di depan ruangan dokter kandungan, menunggu nama mereka di panggil untuk masuk ke dalam ruangan dokter.

"Mas, adek nendang," ucap Asha sambil memegang perutnya.

Bian ikut memegang perut Asha, merasakan pergerakan janin yang ada di kandungan isterinya itu.

"Kamu ngerasain, gak?" tanya Asha.

"Ngerasain. Ini pertama kalinya aku ngerasain dia nendang. Biasanya kalau aku ikut pegang perut kamu, dia berhenti nendang," ucap Bian.

"Kayaknya dia akan jadi saingan aku deh, Sha," ucap Bian.

"Kok saingan?" tanya Asha.

"Iya, saingan. Kalau dia cowok pasti dia akan nempel banget sama kamu, terus aku gak bisa dekat - dekat sama kamu deh," ucap Bian.

"Tapi kalau cewek? Dia pasti akan lebih dekat sama kamu. Aku gak akan ada artinya di mata dia. Sama aja, kan?" ucap Asha.

"Feeling aku kayaknya dia cowok deh, Sha," ucap Bian.

"Aku juga berharap dia cowok, biar nanti dia bisa melindungi adik - adiknya. Tapi kalau cewek juga gapapa, aku berusaha untuk ikut apa yang sudah allah takdirkan aja," ucap Asha.

Ceklek.

"Atas nama ibu Asha, silahkan masuk ke dalam ruangan dokter," ucap seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan dokter.

Bian membatu Asha berdiri, setelah itu mereka melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam ruangan dokter.

Asha merebahkan tubuhnya di brankar yang ada di dalam ruangan dokter. Beberapa pemeriksaan pun dilaksakan. Asha hanya memantau monitor yang ada di sampingnya, sambil sesekali ia mendengar detak jantung calon anaknya itu.

"Wah, jenis kelaminnya sudah terlihat. Dia berjenis kelamin laki - laki,"

Senyuman terukir di bibir Asha dan Bian setelah dokter meberikan informasi mengenai jenis kelamin anak pertama mereka. Sesuai seperti apa yang mereka harapkan. Walaupun nantinya Bian tau, bahwa ia pasti akan  cemburu dengan calon anaknya itu.

"Keadaan janin alhamdulillah baik, perkembangannya juga sesuai dengan usia janin. Jantungnya juga berdetak dengan baik. InsyaAllah semuanya akan  lancar sampai melahirkan nanti," ucap Dokter.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang