03

3K 278 15
                                    

Pagi ini Salma kembali menjalankan rutinitas seperti biasa dikantor, berhadapan dengan layar komputer sekaligus duduk lama-lama membuat ia merenggangkan ototnya sebentar.

"Suntuk juga, bikin kopi dulu deh," gumamnya sembari bangkit berdiri menuju pantry.

Salma mengambil sebuah cangkir saat menuangkan air, samar-samar ia mendengarkan karyawan yang berada disebelahnya sedang membicarakan sesuatu.

"Eh tau gak, sore ini katanya dikafe PaRon mau ngadain live music lagi,"

"Siapa yang jadi penyanyinya?"

"PaRon sendiri,"

Dahi Salma mengkerut, nama itu seperti tak asing dibenaknya.

"Seriously cowok-cowok ganteng itu?"

"Fiks ini mah pulang kantor harus nonton,"

Salma mendekati dua perempuan itu, ikut menimbrung kedalam obrolan mereka. "Lagi ngomongin apa nih? Seru banget kayaknya,"

"Eh mbak Salma," keduanya kaget baru sadar ada dirinya disana, seorang gadis berhijab hitam bernama Pia itu sedikit memundurkan badannya.

"Itu mbak kafe yang lagi viral," ucap Pia.

"Iya mbak Paron's Brother namanya,"

Mendengar sahutan Sisi sontak Salma menatapnya, "Paron?"

Gadis berambut sebahu itu mengangguk, "Diambil dari singkatan nama pemiliknya mbak, Paul sama Roni."

Salma jadi terdiam, "Apa mungkin kafe yang waktu itu punya mereka ya?" batinnya saat mengingat ia pernah singgah ke salah satu kafe untuk menunggu dijemput oleh sang ayah dan tak sengaja bertemu Roni disana.

"Mulai dari jam berapa?"

"Biasanya malem mbak," jawab Pia.

"Tapi kalo mbak Salma mau dateng, saya saranin lebih awal biar kebagian tempat duduk," timpal Sisi.

Salma menatap mereka bergantian, "Serame itukah?" katanya tak menyangka.

Pia mengangguk, "Iya mbak, soalnya lagi anget dimedsos."

Merasa perbincangan mereka sudah terlalu panjang, Sisi memilih mengakhiri obrolannya. "Yaudah mari mbak saya ke meja dulu, kerjaan saya nungguin," ucapnya diselipi candaan, tak lama Pia juga ikut kembali ke meja.

Namun Salma masih termenung disana, ia melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku, mengirimkan pesan untuk seseorang.

Mah, Caca hari ini pulangnya telat ya, mau ada urusan dulu.

***

Sepulang dari kantor, Salma langsung menancap gas mobilnya ke kafe. Baru saja turun, matanya sudah disuguhi pemandangan yang ramai.

Namun langkah kakinya berhenti tepat didepan pintu, "Bener kata Sisi, baru setengah 5 aja udah penuh gini," batinnya.

Salma celingak-celinguk mencari meja kosong, "Duduk dimana ya," gumamnya bingung.

"Mbak Salma," seseorang mengangkat tangannya, Salma menoleh dan menghampiri mereka.

"Eh kalian disini juga tah?"

Pia menyengir, "Iya dong mbak kita gamau ketinggalan,"

"Mbak belum ada tempat duduk? Gabung sama kita aja," ajak Sisi, kebetulan masih ada bangku kosong dimejanya.

"Gapapa nih?"

"Iya gapapa dong mbak, masa sama atasan sendiri gak boleh," sahut Pia terkekeh.

Jabatan Salma dikantor memang lebih tinggi dari mereka tapi gadis itu bukanlah tipe orang yang haus dihormati, pribadinya ramah dan supel membuat siapapun nyaman berada didekatnya.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang