Hari mulai petang, Salma bisa menghela napas lega karena meeting pun akhirnya selesai. Setelah berpamitan dengan orang-orang disana, ia melangkahkan kakinya keluar restoran.
Namun ponselnya bergetar ada pesan masuk dari mamah membuat ia berhenti tepat didepan pintu keluar.
"Bu Salma saya duluan ya," ucap salah seorang rekan kerjanya.
Gadis itu mengangguk tersenyum, "Iya, hati-hati." balasnya, tak lama dari itu ia juga memasukkan ponselnya lalu berjalan menuju mobil.
***
Disisi lain, lelaki itu bangkit berdiri menyampirkan tas selempang dan membawa totebag yang diberikan sahabatnya tadi. "Gue cabut ya Powl,"
Paul menengok, "Langsung balik lo?"
Roni menggeleng sembari mengeluarkan kunci mobil disakunya, hari ini ia sengaja membawa mobil karena tadi menjemput Paul dan gadis itu. "Enggak, mau mampir dulu." jawabnya.
"Oh oke," Paul tersenyum menggoda seakan tahu tempat yang akan dikunjungi Roni, "Titip salam ya."
***
"Entah sayang atau hanya penasaran, nanana..."
Sambil menikmati perjalanan, Salma bersenandung kecil, kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang terdengar diradio.
Namun saat asyik menyetir, tiba-tiba saja mobilnya tersendat dan mati mesin. "Eh kenapa nih," katanya heran.
Tangannya berusaha menstarter tapi sama sekali tak mau menyala, "Kok mogok sih,"
Salma turun membuka kap mobil, ingin mengotak-ngatik mesinnya tapi ia tak mengerti sedikitpun tentang dunia otomotif. Ia menggaruk kepalanya, "Apanya coba yang harus dibenerin," gumamnya bingung.
Merasa tak ada jalan keluar, gadis dengan blazer abu-abu itu mengambil ponsel dari tasnya, mendial nomor seseorang untuk meminta bantuan.
"Assalamualaikum pah, papah lagi dimana?" tanyanya.
"Waalaikumussalam dirumah Ca, kenapa?"
Salma menghela napas, bersyukur karena sang ayah sudah pulang. "Pah, mobil Caca mogok, bisa tolong jemput gak?" katanya dengan manja.
"Sekarang kamu dimana?" sahutnya.
"Mau jalan pulang." jawab Salma seraya menutup kap mobilnya.
"Yaudah, tunggu. Papah kesitu sekarang," ucapnya.
Ia tersenyum, ayahnya memang selalu bisa diandalkan. "Iya pah."
Setelah menutup telponnya, Salma mengeluarkan tas dari mobil lalu berjalan ke halte yang kebetulan ada disana. "Nunggu disini aja deh," batinnya seraya memainkan ponsel bersamaan dengan beberapa orang yang tengah menunggu angkutan umum.
Menit demi menit berlalu, Salma menghela napas bosan, ia melirik jam ditangannya lalu celingak-celinguk. "Papah kemana ya, lama banget."
Sebuah mobil hitam berhenti tepat didepannya, Salma mengkerutkan dahinya bingung tapi berusaha menghiraukannya dan fokus ke jalanan.
![](https://img.wattpad.com/cover/374562774-288-k958316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Roni! (END)
FanfictionSequel Biar Menjadi Kenangan *** Namanya perpisahan tetaplah menyakitkan meskipun Roni pergi dengan cara berpamitan tapi tetap kenangannya masih membekas dalam ingatan. Salma tak pernah bisa menjumpai Roni lagi, seakan pria itu hilang bagai ditelan...