15

2.6K 286 15
                                    

Setelah menyelesaikan urusannya dikafe, Roni akhirnya bisa pulang. Rasanya ia ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya, entah mengapa baginya hari ini sangat melelahkan.

Ia membuka pintu rumah seraya mengucapkan salam tapi tak ada yang menjawab, sepi dan semuanya gelap. Lelaki itu mengkerutkan dahinya heran, "Pada kemana sih?" gumamnya.

"Mah,"

"Pak,"

"Diva,"

Roni memanggil satu demi satu tapi tak ada yang menyahut, "Pergi kali ya?" batinnya.

Ia mengecek ponsel namun tak ada yang mengabarinya sama sekali, tangannya meraba-raba mencari saklar dan ketika lampu menyala.

Dor!

Suara confetti yang dilepaskan keudara menciptakan dentuman keras membuat Roni terlonjak kaget, potongan kertas kecil berwarna itu seketika berhamburan dimana-mana.

"Surprise!"

Semua orang sudah disana mengelilingi Roni yang masih mengerjapkan matanya tak percaya. Keluarganya, Paul bahkan Novia juga ada.

Diva berjalan mendekat sembari membawa kue bertuliskan namanya meskipun hanya dihadiri orang terdekat tapi Roni merasa dianggap penting, ia menyembunyikan rasa harunya.

"Selamat ulang tahun sayang," ucap mamah dan bapak mencium pipi anak sulungnya.

"Katanya mamah gatau ini hari apa," Roni bak anak kecil yang tengah merajuk.

"Mamah beneran lupa Ony," jelasnya, "Ini semua ide Diva, Paul sama seseorang."

Dahi Roni mengkerut, "Seseorang siapa?"

"Ada deh," mamah tersenyum misterius.

Yasudah jika mamah tak mau memberitahu, lelaki itu memilih mengabaikannya. Ia memeluk sang adik mengucapkan terima kasih karena sudah mengingat hari lahirnya, kejutan ini benar-benar melupakan rasa penatnya.

"Bilang makasih kek lu sama gue," sahut Paul disamping sembari menyenggol bahunya.

Meski masih kesal karena perdebatan tadi, Roni tetap menuruti permintaan sahabatnya, bagaimanapun juga rencana ini ada campur tangan dari Paul.

"Hatur nuhun bapak paguyuban," kata Roni sembari menangkupkan kedua tangannya.

Paul terkekeh, "Nih kado dari gue."

Roni menerima sebuah kotak berbentuk persegi panjang, ia menatapnya curiga. "Awas aja lu ngasih gue spongebob lagi!"

"Dih, bukannya lu suka?" tanyanya.

"Gue suka banget spongebob tapi gue gak suka kuning, paham."

Sontak Paul menyemburkan tawanya saat mengerti ucapan Roni.

Disaat sedang asyik berbincang, seseorang mengetuk pintu membuat semua mata tertuju padanya, "Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam." jawab mereka.

Roni membalikkan badan, matanya langsung tertuju pada gadis berhijab hitam dengan dress yang sangat cantik seraya tersenyum manis, langkah kakinya menghampiri Roni yang mematung.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang