08

1.9K 219 11
                                    

Hari ini Salma tak berangkat sendiri, ia menjemput Novia untuk berangkat ke kantor bersama. Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan obrolan ringan tapi ada satu hal yang membuatnya heran, Salma tak menyelipi topik Roni dalam pembicaraan mereka.

Novia juga sempat aneh karena setiap malam, Salma tidak lagi bercerita tentang lelaki itu. Ada apa sebenarnya?

"Beberapa hari ini aku perhatiin kau jarang lagi main ke Paron?" tanya Novia tak bisa menahan rasa penasaran.

Salma hanya menggeleng.

"Tumben kenapa?"

"Lagi banyak kerjaan," jawabnya singkat, langkah kaki mereka membawa masuk kedalam kantor.

Mendengar itu ia sontak terkekeh geli, "So banget kau Sal, kerjaan numpuk kemaren aja masih sempet kau kesana," ledeknya.

"Kenapa sih?" tanyanya lagi saat melihat raut Salma tak secerah biasanya. "Ceritalah, aku ini kenal kau tuh bukan sehari atau dua hari,"

Kedua perempuan itu berhenti depan lift, saat lift terbuka salah seorang karyawan keluar dan menyapa mereka. "Pagi bu Novia, bu Salma,"

"Pagi," balas Novia tersenyum pada lelaki tersebut, mereka masuk kedalam lift yang kosong membuat Salma bisa leluasa bercerita.

"Roni kayaknya punya cewek lain deh Nop," ucapnya sembari menekan tombol tutup pintu lift.

Mata Novia terbelalak, "Kau kata siapa? Gak mungkin itu,"

"Aku liat pake mata kepalaku sendiri Nop," kata Salma menatap Novia dari samping.

"Mungkin aja kan dia ceweknya," lanjut Salma, "Ya lagian wajar bukan? Secara aku gak bisa bahagiain dia." katanya dengan sendu.

Novia menghela napas, "Pesimis terus kau Sal, cari taulah dulu yang akurat," balasnya, entah mengapa ia jadi mendukung temannya itu untuk berjuang lagi mendapatkan Roni.

"Lagian kutengok Roni bukan orang yang gampang suka," ucapnya, "Aku yakin Sal, cowok Batak itu masih punya rasa yang sama kek kau."

Salma berdecak, "Janganlah begitu Nop, kata-katamu itu buat aku jadi berharap lagi,"

"Makanya itu kali ini waktunya kau yang berjuang Sal, ayolah semangat!" ujar Novia menggebu-gebu membuat Salma menarik seulas senyum.

"Makasih Nop," sahutnya sambil mengangguk, "Kau bener, mana tau plot twistnya ternyata aku sama Roni saling nunggu,"

Novia tersenyum menggeleng, biarlah Salma mengejar apa yang menjadi bahagianya.

"Oh iya, kemarin aku ketemu Dasya,"

Gadis itu mengkerutkan dahinya, "Dasya siapa?"

"Temen sekolahku dulu," jawabnya, "Dia lagi butuh kerjaan, ya kubilang aja nanti kubantu,"

"Terus?"

Salma menyengir sembari menaik turunkan kedua alisnya, "Kau paham kan maksudku Nop,"

Novia menghela napas, "Sebenernya sekarang lagi gak butuh-butuh banget sih,"

"Kasian lho Nop," raut Salma berubah sedih untuk menarik simpati Novia, "Bapaknya sakit, adiknya ada empat,"

"Ah yang betul kau Sal?" Novia menepuk bahu temannya.

Salma mengangguk bersungguh-sungguh, "Iyak!"

Pintu lift akhirnya terbuka bersamaan dengan luluhnya Novia. "Yaudahlah, kau suruh dia datang besok." katanya.

"Serius nih?" mata Salma berbinar tak percaya karena bisa semudah itu, Novia mengangguk sebagai balasan.

"Anda baik sekali bu Novia, terima kasih. Kalo gitu saya hubungin teman saya dulu," balas Salma dengan formal saat beberapa pasang mata memerhatikan mereka, gadis itu segera menjauh dari sana.

Novia menggeleng, "Yang dapet kerjaan siapa, yang seneng siapa," batinnya sembari berjalan menuju ruangannya.

Salma dengan cepat mendial nomor Dasya, panggilannya langsung terhubung. "Hallo Salma," sapanya.

"Sya kamu udah kerja belum?" tanya Salma to the point.

Disebrang sana Dasya menggeleng, "Masih nyari, emang kenapa?"

"Besok bisa kamu datang ke perusahaan yang waktu itu kita ketemu?"

"Mau ngapain Sal?" tanyanya bingung.

"Ada panggilan kerja buat kamu."

Mata Dasya membulat sempurna, ia yang tengah duduk seketika bangkit berdiri. "Hah? Seriusan?"

Salma mengangguk, "Iya Sya, jangan sampe gak dateng, sayang lho,"

"Siap! Aku pasti bakal dateng kok, makasih banget ya Sal, kamu mau apa?"

"Gausah," Salma tersenyum, "Aku ikhlas kok bantu kamu."

"Aku janji kalo kita ketemu aku bakal traktir kamu," sahutnya membuat Salma terkekeh.

"Yaudah sampai besok ya," ucap Salma sembari menutup panggilannya.

***

Jam istirahat telah tiba, Salma memilih bergabung dengan karyawan lain, menikmati makan siangnya sambil bercengkrama mengakrabkan diri.

"Mbak Salma mau nonton live musik lagi gak?" tanya Sisi sembari menegak minumnya.

Salma menghentikan makannya, ia menatap gadis itu. "Ada emangnya?"

Sisi mengangguk, "Tapi lusa mbak, jamnya masih sama kok." balasnya.

"Oke deh," jawabnya tersenyum, "Bareng aja kita kesananya," ajak Salma membuat Sisi dengan cepat menyetujuinya.

"Boleh mbak,"

"Lumayan ada tumpangan gratis," sahut Pia terkekeh, sedari tadi gadis itu hanya menyimak sembari menyuapkan makanannya.

Sisi menggeleng pelan, "Ciri-ciri kaum mendang mending." gumamnya.

***

Ditempat lain, wanita paruh bayah yang tengah bersantai menonton televisi itu menoleh saat seseorang ikut duduk disebelahnya.

"Mamah udah makan?" tanya sang anak.

Ia menoleh tersenyum, "Udah, barusan sama Diva,"

Seolah menyadari sesuatu, mamah terdiam sejenak. "Ony," panggilnya seraya memerhatikan wajah anaknya dengan seksama. "Kamu sakit?"

Alis Roni terangkat, badannya memang sedikit lemas namun ia merasa seperti biasa saja. "Enggak kok mah, Ony sehat."

Mamah menyentuh pipi Roni, tatapannya begitu khawatir. "Tapi muka kamu pucet banget,"

"Kurang minum aja kali mah," lelaki itu tersenyum meyakinkan, "Ony beneran gapapa mah."

Namun yang namanya seorang ibu tak dapat dibohongi, Roni selalu berlindung dikata baik-baik saja padahal kenyataannya ia butuh waktu untuk rehat sejenak. Mamah merasa bersalah, Roni pulang ke Indonesia dan meninggalkan seluruh pelajarannya dikampus hanya untuk menjaga dirinya.

Mamah mengusap bahu Roni, "Kamu selalu ingetin mamah istirahat tapi diri kamu sendiri pun dilupain, jangan gitulah Ony, mamah juga gamau kamu kenapa-napa." ujarnya lembut.

"Iya mah," Roni mengangguk kecil.

"Coba aja kalo ada istri, pasti kamu ada yang ngurus." sahut mamah.

Lelaki itu menghela napas sabar sembari membuang muka, "Kayaknya mau ngobrol apapun larinya pasti ke istri lagi, istri lagi. Dikira cari istri gampang kali ya," gerutunya dalam hati.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang