10

2.8K 274 7
                                    

Mentari menyambut pagi dengan hangat, kicauan burung bertengger didahan menemani kedua gadis yang tengah berada dalam mobil, kendaraan berlalu lalang mengantarkan orang-orang yang akan bergegas memulai aktivitasnya.

"Nop nanti makan siang bareng yuk," ajak Salma membuka percakapan sembari melirik kaca spion.

Gadis yang sedang bermain tab itu menoleh, "Aku gak bisa Sal, hari ini ada meeting diluar. Maaf ya," balasnya tak enak.

Salma mengangguk mengerti, "Yaudah deh."

Gerbang dibukakan satpam, mobil Salma masuk dan segera mencari tempat parkir kosong.

Novia mengambil tasnya, "Sal aku duluan ya mau siapin materi dulu," ucapnya, "Makasih buat tumpangannya."

Salma menarik rem sambil menoleh, "Iya, semangat Nop!"

"Kau juga," kata Novia tersenyum sembari keluar dari mobil.

Gadis berhijab hitam itu ikut turun setelah mematikan mesin mobilnya, ia memastikan tak ada barang yang tertinggal. Baru saja menutup pintu, seseorang menyapanya.

"Mbak Salma nanti jadikan?"

***

Dasya melangkahkan kakinya masuk ke pantry, membuat minuman yang bisa menghangatkan pikirannya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Salma disana, ia langsung saja menghampiri gadis itu.

"Hai,"

Salma membalasnya dengan senyuman, "Buat kopi juga?"

"Enggak, aku bikin teh." jawab Dasya sambil menunjukkan gelasnya.

"Dingin banget ya cuacanya," sahut Salma.

Dasya hanya mengangguk, sedetik kemudian ia teringat sesuatu. "Eh iya Sal, boleh aku nanya,"

"Tanya aja Sya," katanya.

Ia menatap Salma hati-hati takut menyinggung gadis itu, "Ehm.. kamu masih suka komunikasi sama Roni?"

Tangan Salma yang sedari tadi sedang mengaduk, mendadak terhenti. Ia melirik sekilas, "Udah enggak, nomor dia ganti."

"Sering ketemu?" tanyanya lagi.

Salma terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Jarang, paling kalo ke kafenya."

Dasya semakin tertarik dengan obrolan ini, "Kafe dia itu namanya apa ya Sal? Aku pernah denger tapi belum sempet kesana," katanya.

"Paron's Brother," jawabnya, "Kenapa emang Sya?"

Gadis itu terlihat kikuk dan menarik senyum tipis. "Gapapa, pengen tanya aja."

Salma mengangguk tetapi berbeda dengan hatinya yang gundah. "Masa Dasya mau rebut Roni dari gue? Tapi Roni juga bukan siapa-siapa gue lagi sih," batinnya.

Ia menarik napas, menggeleng samar. "Positif thinking aja, mungkin dia mau silaturahmi." lanjut Salma menenangkan dirinya.

"Sya, aku duluan ya," ujarnya yang diangguki Dasya.

"Iya Sal,"

Merasa Salma sudah jauh dari pandangannya, ia buru-buru mengeluarkan ponsel, mendial nomor seseorang. "Ayo dong angkat," gumam Dasya sembari menggigit jarinya.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang