E P I L O G

2K 276 28
                                    

3 Tahun Kemudian...

Tangis bayi menggema diruang operasi memecah kebahagiaan Roni dan Salma bersamaan hadirnya anak mereka ke dunia.

"Selamat ya pak, bayinya kembar perempuan dan laki-laki, dua-duanya juga sehat." ucap wanita berjas putih itu tersenyum.

"Alhamdulillah, terima kasih dok,"

Roni tak sanggup lagi menahan air matanya, suaranya bergetar ketika ia mengumandangkan adzan pada anak mereka, terharu sekaligus tak menyangka karena ia sudah menjadi seorang ayah.

"Selamat datang ke dunia sayang, jadi anak yang sholeh sholehah ya." bisiknya.

Setelah menyelesaikan studinya, Roni kembali ke Indonesia melanjutkan kehidupan mereka disini hingga Salma dinyatakan hamil, Roni begitu protektif pada perempuan yang berbadan dua itu apalagi orang tua dan sahabat mereka sudah heboh membelikan perlengkapan bayi.

Lelaki itu menghampiri istrinya yang masih terbaring lemah dengan senyum lebarnya, "Makasih banyak ya Ca, kamu hebat banget." ucapnya diiringi kecupan dikening Salma.

Moment ini takkan terlupa bagi Roni yang mendampingi langsung sang istri selama proses persalinan, melihat bagaimana Salma bertaruh nyawa demi melahirkan buah hati ke dunia, perasaan Roni campur aduk, setiap detiknya begitu mendebarkan, ada rasa bahagia dan harap-harap cemas.

Kini Roni benar-benar paham arti pengorbanan seorang ibu, diruang operasi pula rasa cintanya pada Salma seketika bertumbuh berkali-kali lipat.

Salma mengangguk pelan, "Anak kita mana?"

"Gue gendong yang cewek,"

"Berarti aku cowok,"

Kedua sejoli itu serempak menoleh kearah pintu yang terbuka menampilkan sahabat dan orang tuanya.

"Heh! Dikata anak gue baju pake dipilih-pilih!" sarkas Roni pada Paul dan Novia.

Mereka menyengir.

Novia menimang bayi lucu itu, "Lagian gemesin banget sih,"

"Liat bapaknya dong," kata Roni bangga.

"Idih," cibir Paul.

"Aku pengen gendong," sahut Salma merentangkan tangannya, bayi perempuan beralih pada Roni begitupun bayi laki-laki dengan Salma.

"Akhirnya aku jadi aunty juga," Nabila menatap penuh haru.

"Nanti kita bikin juga ya," bisik Paul membuat gadis itu menyenggol pelan menahan rasa salting.

Nabila dan Paul sudah melangsungkan pernikahan beberapa minggu lalu disusul Novia yang juga bertunangan dengan pria yang sempat membayarkan minumannya waktu itu, memang dunia sempit sekali.

"Mau dinamain siapa nak?" tanya mamah yang setia menemani anak dan menantunya.

"Upin Ipin," celetuk Paul.

"Sembarangan lu!" Roni mendelik.

"Kita udah siapin namanya mah," Salma tersenyum, "Kalo yang cewek Sacilia Salsabil Parulian,"

"Kalo cowok Saqiliam Putra Parulian." lanjut Roni.

"Bagus," puji mereka.

"Panggilannya baby Salsa sama Saqil," Salma mengecup pipi gembul anaknya.

"Ini papah sayang,"

"Kok papah?" protes Salma menoleh.

"Kan aku papahnya yang, masa papahnya Paul sih?" balas Roni heran.

"Bukan itu, maksudnya jangan panggil papah," jelasnya.

"Terus kamu maunya apa?"

"Apa ya?" Salma berpikir sejenak, "Aku pengen dipanggil bunda,"

"Enggak! Gak cocok sama kelakuan lu yang suka ngereog Sal, ya ampun." sanggah Paul cepat.

"Dih, terserah guelah," ujar Salma tak mau kalah.

"Bapak mamak aja," usul Roni.

Namun sang istri langsung menolak, "Gamau, nanti ketuker sama bapak mamah,"

"Jadi maunya apa?" lelaki itu masih berusaha sabar.

"Muma lucu gak?"

"Gak sekalian mumi aja Sal?"

Salma mendelik kesal pada Paul yang selalu berkomentar, "Nyaut mulu nih orang, ngangkut dimana sih Ron?"

"Gorong-gorong," jawab Roni asal membuat perempuan itu terkekeh.

"Ca kok manggil suaminya masih pake nama sih? Kalo nanti kedenger anaknya kan gak enak," tegur sang ibu.

"Terus mau manggil apa dong?"

"Mas, abang apa kek," jawabnya.

"Bang," panggil Salma pada Roni yang menatapnya, "Somay satu bang," sambungnya sambil tertawa pelan.

"Bercanda mulu Ca baru lahiran,"

Salma mencebikkan bibirnya, "Lagian yang ini aja belum tau mau dipanggil apa pah,"

"Babeh Mamih aja kak," Nabila bersuara.

"Nah boleh tuh," timpal Novia.

"Gimana mau?" tanya Roni pada istrinya yang perlahan mengangguk.

"Mica aja, Mami Caca," jelasnya.

"Lucu banget kak," balas Nabila.

"Iya kan," Salma tersenyum dan menatap sang suami, "Kamu berarti pica,"

Roni menghela napas.

"Yahahaha... pica, picacu lu Ron?" ledek Paul.

"Aku bapak ajalah Ca," bujuk Roni minta diganti.

"Enggak!" keputusan Salma sudah bulat.

"Paul ih diem gak?!" suruh Nabila, ucapan suaminya membuat Roni jadi tak percaya diri.

Lelaki itu menyengir, "Maaf yang, lagian mereka ribet banget sih,"

Roni melotot tak terima, "Awas aja ya lu kalo udah punya anak terus ribetnya melebihi gue, gue sorakin lu Powl!"

Paul malah terkekeh geli sedangkan orang tua mereka hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak-anaknya yang tak pernah berubah.

"Ini mica nak," ucap Salma pada sang bayi dalam gendongannya.

"Anaknya mirip bapaknya ya," celetuk papah membuat Salma mencebikkan bibirnya padahal yang susah payah berjuang adalah dirinya.

"Mirip kamu juga kok Ca," Roni sadar dengan perubahan wajah istrinya, "Tapi dikit," usilnya seraya tertawa membuat Salma jadi tambah cemberut.

Kebahagiaan benar-benar menyelimuti mereka terutama bagi Roni dan Salma, ia sangat takjub karena Allah memberikan mereka anugerah anak kembar sekaligus hingga rasa syukur tak pernah berhenti terucap.

Allah memberikan Maha Karya yang Dia ciptakan dengan sempurna untuk membuat mereka bahagia di semestanya bahkan kini Salma berhasil mewujudkan semua yang soon kemarin menjadi finally hari ini.

"Terima kasih Ya Allah atas semua nikmat yang kau beri, akan kujaga selalu amanah dariMu untuk melindungi keluarga kecilku."

- TAMAT -

YEYYY AKHIRNYA SELESAI JUGA😭👏

mari kita rayakan happy ending ini dan ucapin selamat datang ke keponakan baru kita si kembar 🎉🎉

btw trimakasi banyak ya gaes udh nemenin aku nulis sampe ceritaku yg kedua ini end💙 mohon maaf kalo ada kesalahan yg disengaja/ga disengaja, seluruh cerita ini hanya fiksi

info terbaru aku bakal up di ig yak, yg belum follow yuk gasken

sampai jumpa dinext story gengs!

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang