07

2.9K 300 16
                                    

"Duh, pake acara telat segala lagi!" gerutunya, tangan Salma bergerak cepat mempersiapkan keperluan untuk ia bawa ke kantor bahkan wajahnya belum ia sempat poles apapun.

Kejadian kemarin itu berhasil membuat mata Salma terjaga sepanjang malam, ia baru bisa tidur setelah shalat shubuh tadi, alhasil dirinya kesiangan.

Merasa sudah siap, Salma keluar kamar sambil membenarkan hijabnya.

"Dek sarapan dulu," ujar mamah dari arah dapur.

"Nanti aja mah dikantor," balasnya tanpa menoleh, ia mengambil sepatu dan memakainya tergesa-gesa.

Mamah menyusul Salma hingga ke teras. "Berangkat dulu ya mah," ucapnya sembari mencium tangan.

Salma masuk kedalam mobil, memasang sabuk pengaman dan terdengar suara mamah yang mewantinya. "Jangan ngebut-ngebut dek,"

"Apanya yang mau dibawa ngebut mah, lengah dikit juga macet." gumamnya.

"Hati-hati," kata mamah saat Salma membuka kaca mobil.

"Iya mah assalamualaikum," Salma mulai melajukan kendaraannya, ia melirik sekilas jam ditangan. "Telat 15 menit gak mesti potong gajikan," monolognya.

***

Jika pagi adalah waktunya semua orang disibukkan oleh sekolah atau kerja, berbeda dengan gadis yang sudah memakai setelan kemeja putih dan celana panjang hitam, ia sedang menyusuri jalanan Bandung sembari membawa map cokelat untuk mencari pekerjaan.

Sebuah perusahaan besar menarik perhatiannya langsung saja ia menghampiri salah satu satpam yang kebetulan tengah menjaga disana, "Permisi pak, mau tanya apa disini lagi buka lowongan kerja?"

Satpam itu tersenyum, "Maaf mbak untuk saat ini belum ada."

Lagi, lagi ia menemukan jalan buntu. "Yaudah makasih pak," ia menyeka keringatnya, mengipasi wajahnya dengan tangan, sudah yang ke berapa kali tapi belum juga ada hasil.

"Harus kemana lagi ya," batinnya, langkah kakinya menuntun kearah warung yang ada disebrang jalan. "Istirahat dulu deh."

"Bu mau beli minumnya satu," ia menerima sebotol air putih lalu duduk sejenak.

"Dasya?" seseorang memanggilnya dengan nada ragu.

Ia refleks mengadahkan kepalanya, "Eh Salma," Dasya bangkit berdiri kemudian bercipika-cipiki.

"Ternyata kamu," Salma mengusap bahunya, "Apa kabar?"

Tadi Salma sedang berada difotocopy yang berdekatan dengan warung ini, melihat seseorang tak asing diingatannya langsung saja Salma menghampiri.

"Baik Sal," Dasya tersenyum kecil.

"Lagi ngapain disini?"

Dasya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dirinya ingin jujur tapi rasanya malu. "Anu itu ehm..."

Sebelah alis Salma terangkat, "Nunggu temen?"

"Bukan," Dasya menggeleng, ia menghela napas pelan. "Aku lagi cari kerja."

"Barusan ngelamar ke perusahaan yang didepan tapi katanya belum buka lowongan," ceritanya lagi.

Dahi Salma mengkerut heran, "Bukannya kamu udah dapet kerja ya?"

"Aku kena PHK," jawabnya pelan, "Bapakku lagi sakit, aku butuh biaya banget sekarang,"

Salma jadi iba, dirinya tahu Dasya adalah anak perempuan pertama yang menjadi tulang punggung keluarga, ia mengusap bahu Dasya menguatkan gadis itu. "Nanti kubantu cariin ya,"

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang