06

2.8K 271 17
                                    

Salma mengantarkan orang tuanya sampai depan pintu, mamah yang sudah cantik dalam balutan kebaya itu menoleh sebentar. "Dek, mamah sama papah ke kondangan dulu. Kamu bener gamau ikut?" tanyanya sekali lagi.

Gadis berhijab instan itu menggeleng, "Caca dirumah aja."

"Yaudah, kalo mau makan udah mamah siapin. Kalo mau pergi, kuncinya taro ditempat biasa," ucapnya mengingatkan.

"Hpmu juga jangan sampe gak aktif," sahut papah yang sedari tadi menyimak.

Ia mengangguk, "Iya mah, pah."

"Mamah papah berangkat dulu ya," Salma mencium tangan mereka, keduanya mulai masuk kedalam mobil.

"Assalamualaikum,"

Salma tersenyum membalas lambaian tangan mamah, "Waalaikumussalam, jangan lupa bungkus mah." ujarnya terkekeh.

Setelah melihat mobil itu menjauh dari pandangannya, ia menutup pintu rumah dan menghela napas pelan, "Ngapain yak? Bosen banget,"

Ingin mengajak Novia keluar tapi sayangnya gadis itu sedang tak ada dirumah, ingin mengunjungi Nabila namun dia tengah menjalankan tugas KKN. Melihat perkembangan Nabila rasanya waktu berputar begitu cepat, Salma jadi teringat pada Diva, gadis kecil itu pasti sudah tumbuh dewasa.

"Apa aku main ke kafe aja ya?" gumamnya.

Salma mengangguk semangat. "Ide bagus tuh," monolognya sambil berjalan ke kamar bersiap untuk pergi sembari tak lupa mengambil kunci motor yang sudah lama tak ia gunakan.

***

Seperti yang sudah Salma katakan, ia menghabiskan akhir pekannya dengan mengunjungi kafe Paron's Brother. Meski hanya sendiri tapi Salma tetap nyaman melakukan setiap kegiatannya, ia juga sudah memesan beberapa makanan.

Salma menikmati momen ini, duduk didekat jendela seraya mendengarkan musik adalah hal yang jarang ia lakukan setelah dirinya mulai bekerja. Namun sedari tadi gadis itu belum melihat tanda-tanda Roni muncul, ia jadi penasaran, apa karena ini hari minggu jadi dia tak datang ya?

Salah satu pelayan yang melewat disamping Salma membuat dirinya spontan memanggil. "Mas,"

Lelaki dengan nampan ditangannya itu menghampiri Salma, "Iya mbak, apa ada yang mau dipesan lagi?"

Salma melepaskan headsetnya, ia menggeleng samar. "Em.. mau tanya kalo Roni ada?"

"Maaf mbak sudah ada janji?"

Ia terdiam, sekarang Roni jadi sesibuk itu, untuk bertemu saja mesti membuat janji. Apakah ia harus kembali menyamar sebagai tukang pengantar kopi?

Melihat Salma tak merespon, pelayan tersebut berkata lagi. "Pak Roni kalo jam segini lagi ada diluar mbak, mungkin sebentar lagi kesini." katanya.

"Oh gitu ya," Salma menatap lelaki itu, "Yaudah makasih mas."

Pelayan itu mengangguk lalu pergi.

Dan benar saja, tak berselang lama, lonceng yang menggantung dipintu itu terbuka menampilkan sosok yang Salma cari tapi ada seseorang dibelakangnya.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang