04

1.9K 225 10
                                    

"Jangan capek-capek mah biar sama Ony aja nanti," siang ini ia disuguhi pemandangan mamah yang tengah sibuk dengan tanaman, lelaki itu jadi dibuat khawatir oleh keadaannya.

Mamah menoleh, menyeka keringatnya sembari menghampiri sang anak. "Ini gak capek Ony, mamah bosen juga kalo diem terus,"

"Mending mamah istirahat," Roni merangkul bahu sang ibu mengajaknya masuk kedalam dan duduk disofa, "Jangan lupa minum obat,"

Perempuan berdaster itu hanya mengangguk menurut, "Iya. Kamu mau kemana?" tanyanya saat melihat penampilan Roni yang sudah rapih.

"Ke kafe dulu mah," Roni menggulung lengan bajunya.

"Kapan kamu masuk kuliah lagi?" mamah bertanya tiba-tiba.

"Mamah gak suka ya Ony disini," katanya.

"Bukan gitu lho tapi ini udah terlalu lama,"

Dahi Roni mengkerut heran, "Lama gimana sih mah, baru minggu kemarin Ony pulang,"

Alis mamah tertaut bingung, "Tapi anak SD udah pada masuk sekolah lagi tuh," ujarnya.

Lelaki dengan jaket hitam itu jadi tertawa mendengarnya, "SD sama kuliah beda mah,"

Mamah mengangguk, "Gitu ya? Yaudahlah terserah kamu aja, mamah juga gak ngerti urusan perkuliahan," katanya malas memikirkan.

"Oh iya Ony," mamah menatap sang anak, "Apa udah ada kabar dari Salma?"

Roni sontak meredakan tawanya, raut wajahnya mendadak berubah. "Ehm.. mah Ony udah ditelpon Paul, berangkat dulu ya. Mamah jangan lupa makan," ucapnya sambil mencium tangan lalu melengos pergi.

Mamah menggelengkan kepalanya, selalu saja begitu. "Mana ada Paul nelpon, kau pegang hp aja enggak." gumamnya.

***

Kafe menjadi tempat pelarian Roni saat ia ditanya mamah tentang Salma, diruangannya ia langsung disibukkan dengan laptop, menghitung penjualan yang masuk dibulan ini.

Namun kegiatannya terganggu saat seseorang membuka pintu, "Ron, noh tukang nganter kopi butuh tanda tangan lo," kata Paul sembari memegang ponsel.

"Ck, kenapa gak lo aja sih?" Roni kesal jika sedang serius begini mesti diganggu.

"Gue sibuk."

Balasan enteng Paul membuat Roni mendelik sebal, "Lebay amat!"

"Ngapain sih lo? Nunggu kabar dari Nabila?" tanyanya saat Paul tengah fokus dengan layar ponsel, "Dia lagi KKN gausah diganggu."

"Ck, so tau lu! Buruan sono, ditungguin," titahnya.

Roni menghela napas kasar, ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju kebawah. Tapi lelaki itu tak menemukan orang yang dimaksud Paul, ia menggaruk tengkuknya.

"Eh Lang mana yang nganter kopi?" tanya Roni pada karyawan yang kebetulan ada didekatnya.

"Itu pak disebelah sana," jawabnya sembari menunjuk ke bagian outdoor.

Roni heran, "Lho kok nunggu diluar?"

Elang menggeleng, "Gatau pak, katanya sambil cari angin,"

"Emang selama itu ya gue diruangan?" gumam Roni bingung, "Saya susulin dulu," ujarnya yang diangguki Elang.

Ketika ingin menghampiri, langkah Roni jadi ragu karena merasa asing, seperti bukan orang yang biasanya mengantar kopi. "Kok cewek ya? Apa salah alamat?"

"Permisi mbak,"

Perempuan berhijab cream itu masih membelakanginya.

"Maaf mbak yang nganter kopi ya?" tanyanya memastikan, "Kenapa gak tunggu didalem aja? Disini panas lho,"

Mendengar suaranya, perlahan gadis itu membalikkan badan dan detik itu juga mata Roni membulat sempurna.

"Hallo Roni," sapa Salma seraya menyunggingkan senyum bulan sabitnya.

Flasback On.

Sebelum jam makan siang, Salma pergi menemui Novia diruangannya. "Nop aku izin setengah hari ya, kali ini aja kok,"

Novia keheranan tak biasanya Salma mengambil izin seperti ini, "Mau kemana emang?" tanyanya seraya mengadahkan kepala.

"Aku pengen ke kafe Paron buat temuin Roni,"

Novia tahu perihal kafe itu karena setelah Salma pulang kemarin, gadis itu langsung menceritakan semuanya pada Novia tentang pertemuannya dengan Paul dan betapa asingnya Salma dan Roni.

"Kata Paul jam-jam segini dia suka ada disana," lanjutnya.

"Gak bisa pulang kantor?" Novia menegoisasi.

"Roni jarang ada sampe malem kecuali kalo live musik aja," balasnya, "Kali ini aja Nop, please ya." Salma memohon.

Katakanlah Salma tak profesional tapi ia memang tak mau menunda kesempatan ini, jika bukan sekarang mau kapan lagi?

"Yakin kau Sal?" Novia jadi sedikit ragu dengan keinginan temannya, "Gimana kalo Roni nolak gamau ketemu kau?"

Salma tersenyum misterius, "Itu gampang, semuanya udah diatur."

Novia menghela napas. "Yaudahlah, bener ya cuma hari ini aja?" tak ada salahnya jika ia mengizinkan Salma untuk pergi, selain karena kinerjanya yang bagus lagipun ini memang baru pertama kalinya gadis itu izin.

Mata Salma berbinar mendapat lampu hijau, "Makasih Noviaku yang cantik,"

Ia mendelik, "Kayak gini aja baru kau puji aku," gerutunya.

Salma menyengir, "Doain aku ya Nop, aku berangkat dulu, bye." ucapnya sambil keluar dari ruangan.

"Balik lagi kau Sal!" katanya dengan agak keras.

Novia menggeleng pelan, "Ternyata bener ya, cuma karena satu orang bisa buat dia gak mau deket sama siapapun." gumamnya.

"Seindah itu Roni diingatan Salma."

Flasback Off.

Salma menatap Roni yang masih mematung, "Boleh aku pinjem waktunya sebentar? Aku pengen ngobrol sama kamu Ron,"

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang