30

2.6K 363 57
                                    

Roni menambah kecepatan motornya menuju bandara, jantungnya berdetak kencang, ia panik setengah mati karena takut tak bisa menjumpai Salma lagi. Berkali-kali suara klakson dan umpatan pengendara lain meneriaki dirinya karena ulahnya yang membawa motor tak santai.

"Tunggu aku Sal, tolong jangan pergi dulu." batinnya penuh cemas.

Sesampainya disana, Roni segera berlari mencari keberadaan gadis itu hingga tak sengaja ia menabrak orang-orang yang berlalu lalang. "Liat-liat dong bang kalo jalan!"

"Maaf mas," balasnya cepat.

Matanya melihat orang tua Salma dan Novia yang akan berbalik arah untuk pulang, dengan tergesa-gesa ia menghampirinya.

"Pah, Mah." panggilnya dengan napas yang memburu.

Mereka sontak kaget melihat kehadiran Roni bahkan kini penampilan lelaki itu sangat kacau, pakaian berantakan apalagi rambutnya yang acak-acakan. "Lho Roni kok bisa ada disini?"

"Salma dimana pah?" Roni malah balik bertanya.

Sedangkan Novia yang tahu semuanya hanya diam memerhatikan, tangannya bersidekap dada, penasaran apa yang akan lelaki itu lakukan.

"Mau apa nak?" sahut mamah heran.

Roni menoleh pada mamah, "Nanti Roni ceritain mah tapi tolong kasih tau dulu," ujarnya memohon.

"Dia udah masuk ruang tunggu Ron," jawab papah sembari melirik jam di tangannya, "Mungkin berapa menit lagi dia bakal berangkat." lanjutnya.

"Roni susul Salma dulu." tanpa menunggu balasan mereka, ia kembali berlari kedalam.

"Tapi kau gak bisa masuk Ron!" teriak Novia namun tak didengar lelaki itu.

"Ada apa ya sama nak Roni?" tanya mamah bingung, Novia memilih menggelengkan kepala sebagai balasan.

Saat Roni ingin menerobos masuk ke boarding room, ia langsung dicegah oleh petugas disana karena tak memiliki tiket, mau dipaksa seperti apapun ia takkan bisa masuk bahkan ia sudah menarik sebagian perhatian pengunjung karena kegaduhan yang dia buat.

Roni memilih cara lain hingga sebuah ide muncul dalam benaknya, ia pergi menuju tempat loket check-in, kebetulan salah satu petugas yang berjaga tak ada disana. Roni berlari menghampiri dan leluasa untuk mengambil mic paging itu.

"Salma," suara Roni menggema memenuhi seluruh area tersebut. "Salma Salsabil,"

Salma yang sedang duduk menunggu pengumuman disana mengangkat sebelah alisnya heran, mengapa namanya dipanggil?

"Ca, ini aku Roni."

Deg.

Mendengar kalimat yang keluar bukan berkaitan dengan informasi pesawat membuat semua orang menjadi heboh dan bertanya-tanya siapa seseorang dibalik pengeras suara itu.

Berbeda dengan Salma, hatinya seketika bergetar saat mengenali suara yang tak asing itu sementara orang-orang mulai mengabadikan moment tersebut lewat kamera ponsel.

"Aku emang ikhlas ngelepas kamu tapi satu yang perlu kamu tau, tentang ngelepasin kamu aku gak pernah serius," suaranya kian merendah, "Aku gagal lupain kamu Ca."

Mata Salma memanas hingga setetes air matanya jatuh dipipi, tangannya mengepal kuat menahan sebisa mungkin untuk tak menangis disini.

"Maaf udah buat semuanya panjang, ini semua emang salahku. Aku kesini buat jemput kamu, pulang ya Ca." ucapnya terdengar parau.

Salma menundukkan kepalanya, tangisnya semakin deras, bahunya bergetar hebat, emosinya mulai tak terkendali. Apa maksud Roni berkata begitu? Mengapa setelah ia memilih untuk mundur, lelaki itu harus datang lagi?

"Tolong kembali Ca, ayo kita rangkai cerita baru lagi bukan tentang perjodohan tapi tentang Roni dan Salma."

Perasaan Salma kini campur aduk, ia tak tahu harus berbuat apa, rasa takut karena luka kemarin belum sembuh sepenuhnya tapi Roni kembali datang menawarkan hati yang pernah ia perjuangkan.

"Aku masih disini nunggu kamu, tolong jangan pergi, aku mohon Ca." lirihnya.

"Itu pak orangnya!"

Suara Roni tiba tiba berhenti, ketika bahunya ditarik paksa untuk menjauh. "Pak silahkan anda pergi ini bukan barang mainan!" penjaga keamanan itu menatap nyalang Roni.

"Tolong pak sebentar aja, kasih saya kesempatan," lelaki itu mencoba berontak.

"Tidak bisa pak, silahkan anda pergi. Tolong kerja samanya atau saya paksa keluar?!" ancamnya.

Disisi lain, Salma tak lagi mendengar suara Roni yang menghilang bertepatan dengan final boarding call mulai diumumkan. "Perhatian, panggilan terakhir kami tujukan kepada penumpang pesawat..."

Salma menarik napas panjang, ia menyeka air matanya kasar dan bangkit berdiri.

Begitupun Roni yang tak pantang menyerah ketika mendengar panggilan pesawat akan segera berangkat, ia kembali berusaha mencari celah untuk masuk.

Namun apa boleh buat, keamanan yang ketat membuat Roni lagi lagi hanya menemukan jalan buntu. Ia berjalan gontai keluar, usahanya gagal, ia pulang dengan tangan kosong.

"Maafin aku Ca," batinnya.

Entah apa maksud semesta, cerita yang seharusnya terukir indah kini harus berakhir dengan rasa sakit.

Harapan yang Roni bangun kini kian pupus dan semua usahanya terasa sia-sia, mungkin selama ini ia terlalu stuck pada luka masa lalu, menutup telinga pada penjelasan Salma, ego benar-benar mengalahkan dirinya.

Roni terlalu sibuk mencari sembuh hingga sikapnya tak sadar melukai Salma, mereka sudah terlalu jauh untuk kembali, sudah terlalu hancur untuk diperbaiki tapi perasaan Roni masih menetap untuk Salma.

Salma masih menjadi pemenang dihatinya tapi mungkin memang sudah saatnya gadis itu pergi dari kehidupannya, dia memang tak lagi ditakdirkan bersama selamanya, apakah ini saatnya Roni merelakan Salma?

Jika memang dunia menginginkan mereka seperti ini, biarkan Salma pergi dan bahagia disana, setidaknya tanpa kehadiran Roni kali ini tidak membuatnya kecewa lagi.

"Gimana Ron, ketemu sama Salma?" tanya papah, mereka masih setia disana dan mendengar semua pengakuan Roni.

Meski awalnya terkejut karena ulah lelaki itu tetap saja orang tua Salma masih tak tahu apa yang terjadi diantara kedua sejoli itu. Novia bahkan tak menyangka bahwa Roni akan senekat ini, ia jadi yakin jika Roni memang bersungguh-sungguh untuk merajut kisah baru dengan Salma.

Roni menggeleng pelan dan tersenyum pahit. "Maaf pah, mah saya terlambat lagi." ucapnya pelan, jarak mereka kini semakin terbentang luas.

Novia turut merasakan betapa sedih dan bagaimana hancurnya hati Roni, Salma terlanjur pergi membuat rasa menggebu-gebu dalam dirinya seketika meredup, Roni harus merasakan kehilangan untuk kedua kalinya dan ini adalah penyesalan terbesar baginya.

Detik ini Roni akan memulai sebuah perjalanan tanpa Salma, menata dan mengemas segala kenangan yang ada. Senyuman bulan sabit itu bukan miliknya lagi, salah Roni yang melepasnya, kata maafnya pun kini takkan berarti lagi, biarkan ia disini memeluk sepi karena pada akhirnya Salma pasti tidak peduli.

Papah mendekat mengusap bahu lelaki itu mencoba menguatkan, "Nak seben---"

"Roni!"

Sebuah suara memotong ucapan papah, suara yang sangat Roni rindukan membuat mereka perlahan membalikkan badannya.

Saat itu juga Roni melihat gadis dengan air mata yang mengalir sembari menggeret koper sudah ada dihadapannya. Tubuh Roni sontak mematung, ia mengedipkan matanya berkali-kali, apakah ia sedang bermimpi?

"S-Salma," gumamnya tak percaya.

Gadis itu menarik napas berusaha tersenyum dan meredakan tangisnya, "Ayo kita ulang cerita kita Ron."

***

gimana udah menuhin ekspektasi kalian belom?

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang