13

1.9K 260 12
                                    

Tok! Tok!

"Sebentar," suara gadis menyahut dari dalam.

Ceklek.

"Eh kak Paul," pintu terbuka disambut Diva yang tersenyum, "Mau ketemu bang Roni ya,"

Paul mengangguk.

Rupanya lelaki itu tak datang sendiri, ada seseorang yang tengah membelakanginya, "Itu siapa kak?" tanya Diva.

Tanpa disuruh gadis berhijab itu membalikkan badannya membuat mata Diva sontak terbelalak, ia menutup mulutnya tak percaya. "Kak Salma," panggilnya.

Salma tersenyum sembari mendekat, disaat itu juga ia langsung mendapat pelukan erat dari Diva hingga tubuhnya sedikit oleng kebelakang, ia terkekeh kecil sembari membalas pelukannya, mereka sudah seperti adik dan kakak yang baru saja bertemu.

"Kakak apa kabar? Diva kangen banget," ujarnya.

"Alhamdulillah baik," Salma mengurai pelukannya, "Diva gimana? Udah lulus?"

"Udah," gadis itu mengangguk excited, "Diva akhirnya keterima dikampus impian kak,"

"Syukurlah, ikut seneng." Salma tersenyum.

"Ekhem!"

Kedua gadis itu menoleh pada Paul yang sedari tadi menyimak mereka, saking terbawa suasana hampir saja lelaki itu terlupakan. Diva menyengir, ia membukakan pintunya dengan lebar, "Ayo masuk kak."

Salma melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang luas, ia tersenyum bangga pasti semua ini adalah hasil dari jerih payah Roni. Matanya langsung dimanjakan dengan foto-foto keluarga, rak buku dan beberapa hiasan lainnya.

"Ada siapa dek?" tanya wanita paruh bayah yang baru keluar dari kamar.

Langkah kakinya tiba-tiba berhenti, ia mengerjapkan matanya seolah mimpi melihat orang yang ada dihadapannya. "Nak Salma,"

Salma tersenyum menghampiri, ia mencium tangan wanita tersebut dan memeluknya saling melepas rindu. Melihat pemandangan itu membuat Paul dan Diva ikut senang.

"Apa kabar sayang?"

Pelukan keduanya terlepas tapi tangan gadis itu masih digenggam oleh mamah. "Salma baik mah,"

"Baru kemarin mamah pengen ketemu kamu dan sekarang kamu udah ada didepan mamah," ungkapnya terharu.

Salma bisa merasakan kerinduannya, memori yang pernah mereka ciptakan begitu membekas dihatinya. "Mamah sehat?"

Mamah mengangguk tak bisa berkata-kata.

"Maafin Salma ya mah udah jarang nengok kesini," ucapnya sembari mengusap tangan mamah, rasa bersalahnya kini sudah terbayar lunas.

"Gapapa sayang, yang penting kamu baik-baik aja." balasnya tersenyum, "Mamah papah kabarnya gimana?"

"Baik mah,"

Seperti ada yang kurang, mata Salma tak melihat seseorang. "Kalo bapak dimana mah?"

"Belum pulang, jam segini dia masih diladang,"

Gadis itu mengangguk, lalu menyodorkan sebuah totebag yang sedari tadi dibawanya. "Ini buat mamah,"

Mamah sempat menolak tapi Salma memaksanya, ia pun menerima dengan senang hati. "Repot-repot banget nak, makasih ya,"

Salma tersenyum sebagai balasan.

Melihat ada Paul dibelakang membuat mamah bisa menebak, "Mau jenguk Ony?"

"Iya tante," sahut Paul.

"Ony ada diatas, masuk aja," suruhnya, ia menatap sang anak. "Diva tolong temenin ya,"

Diva mengangguk.

"Izin ya mah," kata Salma.

Mamah mengusap bahunya, "Anggap aja rumah sendiri," balasnya.

Mereka berjalan menuju tangga dengan Diva yang ada didepan. "Lega kan udah ketemu mertua?" celetuk Paul.

Salma berdecak sembari menaiki anak tangga, "Diem Powl ada Diva, malu!"

Paul menghela napas, "Apa yang harus dimaluin ya Div,"

Gadis itu terkekeh kecil menanggapi mereka.

"Ron," panggil Paul sambil mengetuk pintu kamar temannya.

"Masuk aja Powl gak dikunci," sahutnya.

Pintu kamar terbuka terlihat Roni dengan kaos hitam tengah bersantai dikasur, "Bangun Ron! Gue bawa kesukaan lu nih,"

Tapi lelaki itu terlalu malas untuk beranjak dari tidurnya, "Apaan?"

Paul menggeser, membiarkan seseorang masuk, Roni terus memperhatikan hingga perempuan yang tak disangka-sangka olehnya ada dihadapannya.

Ia terlonjak kaget, dengan spontan ia langsung terduduk. "Lho Salma,"

Salma tersenyum, perlahan mendekat. "Hai Ron, gimana keadaan kamu?"

Roni membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan sambil merapihkan pakaiannya, "B-baik." entah mengapa ia jadi terlihat gugup membuat mereka terkekeh geli.

"Sini Div," Paul duduk disofa yang tak jauh dari sana, ia menepuk tempat disebelahnya sembari mengeluarkan ponsel. "Kita mabar cacing aja biarin mereka lepas kangen dulu,"

Diva tertawa kecil dan menyetujui, sedangkan kedua sejoli itu saling menutupi rasa saltingnya.

"Kamu sakit apa?" tanya Salma duduk ditepian kasur.

***

Menit demi menit berlalu, tak terasa hari sudah mulai gelap. Sebuah panggilan masuk dilayar ponsel Paul membuat permainannya terpaksa dipause, "Eh bentar Div."

Paul sedikit menjauh dari mereka, "Hallo,"

Sementara Salma masih berusaha mengajak Roni berinteraksi, ia mulai bercerita. "Beberapa hari ini aku dateng ke kafe Ron cuma gak ketemu kamu, kirain udah balik ke LA. Emang di Indo masih lama?" tanyanya.

"Bentar lagi."

Jawaban Roni mampu membuat Salma tersedak air liurnya, ia belum bisa meluluhkan hati lelaki itu tapi Roni sudah mau pergi menuntut ilmu lagi. "Hah, kapan?"

"Nan---"

Obrolan mereka terpotong saat Paul kembali dengan buru-buru. "Guys, kayaknya gue harus pulang, ada janji mau ketemu temen."

Salma menghela napas kecewa padahal ia masih ingin berlama-lama disini tapi jika Paul pergi, suasananya pasti semakin canggung.

"Kalo gitu aku juga pulang deh," gadis itu menatap Roni seraya bangkit berdiri, "Takut ganggu kamu istirahat," alibinya.

"Mendadak banget Powl," sahut Roni.

"Gue lupa," balasnya sembari menyengir. "Lagian masih kurang ya temu kangennya?" goda Paul.

"Berisik lu!" Roni melempar bantal ke wajahnya tapi si pelaku malah terkekeh.

Roni menatap Salma, "Kesini bareng dia?" tanyanya menunjuk Paul menggunakan dagu.

Salma menggeleng, "Kita naik motor masing-masing,"

"Biar aku anter, udah mau malem." ucapnya.

Paul dan Diva mengulum senyum melihat tingkah Roni, Salma juga tak percaya apa yang baru saja dikatakan lelaki itu.

"Gausah Ron kamu kan masih sakit," tolaknya tak enak.

Roni menyingkap selimutnya lalu mengambil hoodie yang menggantung dibalik pintu, "Gak baik perempuan pulang sendiri." katanya.

Salma jadi tak bisa menahan senyumnya, mati-matian ia menahan pipinya yang bersemu merah. Ia tak peduli ini bentuk perhatian atau memang sebuah tanggung jawab, intinya meskipun hal sepele tapi jika Roni yang melakukannya Salma selalu suka.

"Ternyata ada gajah dibalik batu Div," sahut Paul membuat Diva terkekeh.

Hallo Roni! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang