Chapter 5

2.9K 95 0
                                    

Dua orang yang wajahnya sangatlah mirip sedang menatap satu sama lain. Walaupun umur Norel sudah tidak muda lagi, tapi tubuhnya masihlah sehat. Ia tak kalah dengan putranya Evander.

Awalnya dirinya berniat akan pergi ke Qaisar Hospital. Tapi ia malah pergi ke Qaisar Company, untuk mengungkapkan idenya kepada Evander.

Evander tidak menjawab ia hanya diam. Karena dirinya tau itu hanyalah basa basi dari ayahnya. Ia paham betul bahwa Fernando selalu diawasi Kakek nya. Jadi tidak mungkin satu berita tentang cucu tercintanya terlewatkan begitu saja.

"Ayah sudah memikirkan rencana sesuatu."

"Cukup ayah, sebaiknya kita membiarkan Fernando untuk membuat keputusannya sendiri. Lagi pula masalah itu tidaklah terlalu besar."

Evander merasa sebaiknya dirinya memberikan peluang. Agar anaknya bersikap dewasa dan dapat membina hubungan rumah tangganya dengan lebih mandiri.

"Tidak terlalu besar katamu, cucuku hampir menjadi gila kembali. Apakah kau tidak khawatir? Tidak takut kejadian dulu terulang kembali," dengan wajah kesal Norel menatap tajam putranya.

"Aku sama takutnya denganmu ayah, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Melihat menantuku yang hanya diam tanpa memberontak sejak dulu, membuat hatiku terasa sedikit bersalah. Mungkin kejadian ini ungkapan dari hatinya. Lagi pula tidak ada satupun pernikahan di keluarga besar Qaisar yang berakhir dengan perceraian."

Ungkapan dari Evander, membuat Norel terdiam. Dirinya sadar bahwa cucunya Nava tidak pernah menolak bahkan memberontak sejak dulu. Bahkan semua permintaannya selalu dituruti dengan baik oleh Nava.

Menghela napas panjang Norel berucap.

"Keputusan ku sudah bulat, Cucuku akan tinggal di rumah besar Qaisar bersama denganku. Aku juga tidak akan ikut campur permasalahan mereka. Tapi jika Nava masih berniat meninggalkan Fernando aku akan turun tangan secara langsung."

Bangkit dari duduknya Norel meninggalkan ruangan Ceo. Evander tidak bisa membantah lagi keputusan ayahnya. Memang rumah besar Qaisar ditinggali oleh ayahnya, Evander memang tak berniat untuk tinggal di sana. Fernando juga memilih tinggal di rumah kecil yang cukup untuk dua orang. Jadi hanya Norel bersama istrinya yang tinggal di sana.

Mereka akan berkumpul di rumah besar Qaisar saat hari sabtu dan Minggu. Itu sudah menjadi kebiasaan yang mereka terapkan sejak dulu, untuk menemani Norel yang selalu saja merindukan anak dan cucunya.

•••••••

Setelah Fernando melakukan pemeriksaan terakhir, ia sudah diperbolehkan untuk pulang dengan memaksa Leon agar menyetujuinya.

Sekertaris Gery mempersilakan tuan muda dan nonanya untuk masuk ke dalam mobil. Keheningan di dalam mobil membuat sekertaris Gery dan sopir merasa canggung. Melihat nona mudanya juga seperti menghindar dari tuan mudanya.

Fernando hanya bisa bersabar agar istrinya mau membuka hati untuknya. Dirinya ingin sekali memeluk Nava, tapi terlihat mood istrinya sedang memburuk. Ia melihat ponsel miliknya yang ternyata hari ini ialah hari pertama istrinya datang bulan.

Fernando memang selalu memperhatikan detail kecil jika itu untuk kepentingan istrinya. Dirinya bahkan tau semua apa yang disukai atau dibenci istrinya.

Dirinya menghela napas, mungkin sebaiknya ia tidak menganggu Nava, karena jika istrinya sedang datang bulan moodnya pasti naik turun. Kebiasaan istrinya juga yang tidak mau disentuh atau diganggu saat sedang datang bulan.

Melihat jalan yang bukan ke arah rumahnya, Fernando menatap Gery heran.

"Ini bukan arah menuju rumah saya."

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang