Memasuki kamar Nava hanya dapat menangis. Dirinya duduk di kursi yang menempel dengan jendela, ia bersandar di tembok. Mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi.
Matanya melihat pemandangan kota yang jauh disana. Menangisi nasibnya, ia sudah tidak dapat keluar dari sangkar emas yang indah ini.
Memukul dadanya yang seakan sesak, ia bergetar takut. Sebenarnya ia sudah tidak kuat menahan beban yang selalu ia tahan sendiri.
Nava selalu merasa ingin memberontak. Tapi ia tahan semua rasa itu hingga hari ini. Dia menahannya karena rasa bersalah terhadap Fernando. Menangis tanpa bisa berbuat apa-apa, tidak lama kemudian ia merasakan lelah, kedua matanya terpejam. Ia tertidur seakan ingin melupakan kejadian hari ini.
••••
Bulan yang sudah pergi, tergantikan oleh matahari yang bersinar. Nava terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling ruangan sepertinya Fernando tidak tidur di kamarnya. Dengan segera membersihkan badannya, ia berniat pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Membuka sebelah pintu kamarnya. Terkejut akan apa yang dilihatnya, hampir saja ia berteriak sangat kencang. Melihat dengan jelas Fernando yang tertidur bersandar di pintu dengan memeluk erat sebuah kotak.
Nava sebenarnya enggan untuk membangunkannya. Tapi karena tidak tega, ia mengguncang bahu Fernando dengan pelan. Tidak adanya reaksi sedikitpun dari Fernando. Hanya terdengar suara napas yang memburu. Nava dengan segera menyentuh dahinya.
Tangannya merasakan suhu panas, Fernando demam. Dengan cepat ia turun untuk memanggil bantuan. Melihat kepala pelayan Dion, berserta pelayanan laki-laki yang bekerja. Ia meminta bantuan kepada mereka.
"Dion, tolong aku."
Dion yang mendengar nona mudanya panik meminta bantuan kepadanya. Dengan cepat berlari mengikuti petunjuk nonanya. Matanya terkejut melihat tuan mudanya duduk dilantai, rasanya seperti jantungnya seakan ingin berhenti berdetak.
Segera paham akan situasi, Dion segera mengangkat tubuh tuan mudanya bersama pekerja yang tadi bersama. Dengan pelan meletakkan nya di kasur.
"Nona, sebenarnya apa yang terjadi?" Dion bertanya dengan nada khawatir.
"Aku juga tidak mengerti, aku melihatnya sudah seperti ini. Bisa tolong siapkan bubur," Nava menjawab seadanya.
Kepala pelayan Dion awalnya enggan meninggalkan tuan mudanya begitu saja. Tapi melihat betapa khawatir nona mudanya, ia dengan cepat melaksanakan perintah untuk membuatkan sebuah bubur. Dirinya segera pergi bersama pekerja yang bersamanya tadi.
Melihat Dion pergi, Nava segera mencari termometer untuk mengukur suhu Fernando. Membuka kotak p3k, terdapat sebuah termometer. Mengambilnya dan mengukur suhu Fernando, ternyata benar Fernando demam, yang untungnya tidak terlalu tinggi.
Saat akan menyimpan termometer, dirinya menemukan sebuah kool fever, yang berfungsi untuk menurunkan demam. Membukanya kemudian menempelkannya di dahi Fernando.
Matanya melirik ke sebuah kotak hadiah yang ternyata tidak dibuang oleh Fernando, ia bersyukur. Mungkin Fernando sudah melihat isinya. Nava tersenyum seperti mengerti mengapa Fernando bisa berada di luar kamar.
Tiba-tiba perutnya berbunyi, ia ingin makan. Melihat Fernando yang lelap tertidur, dan sepertinya tidak akan bangun cepat. Nava memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu, menutup pintu dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan Fernando yang sedang beristirahat.
••••
Di tempat tidur yang sangat luas dan mewah. Fernando membuka matanya perlahan lahan, memegang kepalanya yang terasa pusing. Dirinya baru menyadari satu hal, seharusnya ia berada di luar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)
RomanceFernando Maliq Qaisar (25 th) sangat mencintai istrinya. Akan tetapi istrinya Nava (26 th) tidak mencintainya sama sekali. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah taktik licik, yang direncanakan Fernando beserta keluarga nya. Pernikahan pun terjadi...