Chapter 23

1.1K 51 1
                                    

Bangkit dari duduknya menuju kamarnya untuk mengambil jam tangan yang istrinya beli untuknya. Mengambilnya bersiap untuk memakainya kembali. Berjalan menuju walk in closet karena pintunya terbuka, memasukinya matanya tertarik dengan barang yang tergeletak di meja riasnya.

Perlahan mendekatinya ternyata sebuah obat yang jelas ia tau kegunaannya untuk apa. Fernando merasa bersalah, ia yakin Nava belumlah siap. Dia memang akan plin paln jika istrinya mau berdekatan dengannya tanpa ia suruh, walupun ia tau itu salah satu rencana dari Nava yang akan ia manfaatkan sedemikian rupa.

Mungkin ia akan memakluminya untuk saat ini. Membawa obat itu untuk ia buang, dan agar Nava tidak dapat mengkonsumsinya lagi. Ia tidak akan mempersalahkannya untuk sekarang. Anggap saja sebagai hadiah untuk istrinya karena telah menyerahkan dirinya untuknya, tapi hanya untuk hari ini saja tidak ada hari yang lain.

•••••

Mobil menulusuri jalan raya hingga mata Nava tertarik pada orang yang berjualan permen kapas di taman kota.

"Aku ingin itu," tangan Nava menunjuk apa yang ia inginkan.

Fernando tidak menjawab bahkan cuek seperti tidak mendengar permintaan Nava, karena Fernando tau Nava telah makan semua snack secara sembunyi, persediaan yang Fernando buat untuk 2 bulan ludes sebelum waktunya. Jadi anggap saja ini adalah hukuman untuknya dan resiko dari melanggar peraturan yang telah mereka sepakati bersama.

Tau jika keinginannya tidak akan dikabulkan, wajah Nava terlihat kesal dan jengkel bahkan terang terangan membuang mukanya ke arah jendela tidak ingin bertatap muka dengan Fernando. Itu saja tidaklah meluluhkan hati seorang Fernando jika membahas makanan untuk kesehatan tubuh istrinya.

Fernando mengatur semua makanan yang harus istrinya makan, terkadang ia akan berlebihan melarang ini itu. Nava yang terbiasa makan apa saja asalkan enak di mulutnya. Patah hati karena merasa makanan yang Fernando sediakan ialah makanan sehat yang kurang enak dimulutnya.

Nava hanya bisa untuk selalu patuh dengan segala aturan makan dari Fernando, Nava terkadang muak tapi mau bagaimana lagi. Kadang kala ia tidak napsu makan. Tapi sampai kapan pun Nava tidak akan pernah bisa membujuk Fernando jika itu berkaitan tentang kesehatan.

•••••

Pintu gerbang menjulang tinggi terlihat, sampailah mereka di kediaman besar Qaisar. Mobil berhenti Nava membuka pintu dengan keras, memasuki kediaman tanpa memperhatikan area sekitar langsung menuju kamarnya.

Fernando yang melihat tidak marah sama sekali, membiarkannya agar Nava dapat meluapkan emosinya. Nanti setelah istrinya tenang ia akan memberikannya kejutan yang telah dipersiapkan untuknya.

Kepala pelayan Dion menyambut tuan mudanya, dan merasa heran mengapa nonanya terlihat marah.

"Selamat datang tuan," sapa Dion. Matanya salah fokus melihat banyak sekali bekas merah di leher tuan mudanya.

"Aku membeli sepasang kucing, siapkan satu ruangan khusus untuk mereka. Untuk kebutuhannya sudah ada di bagasi mobil," menyerahkan sepasang kucing kepada Dion.

"Baik tuan muda," Dion dengan cepat mengambilnya dan melaksanakan tugasnya.

"Oh dan jangan lupa buat jadwal untuk pemeriksaan kesehatan mereka," pergi setelah mengucapkan itu.

Dion hanya menganggukkan kepalanya, dan segera pergi menyiapkan ruangan untuk sepasang kucing yang serasi ini. Dion bahkan tidak berani untuk menanyakan kenapa dengan leher tuan mudanya, karena ia juga telah mengalami hal itu. Dion bahkan telah memiliki seorang anak yang sedang kuliah, dan mungkin saja nanti akan meneruskan pekerjaannya jika anaknya berminat.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang