Chapter 17

1.5K 57 0
                                    

Kecanggungan terjadi di dalam mobil, sekertaris Gery merasa sangat tidak nyaman. Ia merasa bahwa hari ini pasti akan sangat melelahkan. Ditambah dengan sekarang adalah jadwal rapat setiap pemimpin divisi. Pasti mereka semua akan mendapatkan amukan massal dari tuan mudanya.

Nava diam asik memainkan ponselnya. Menurutnya kejadian yang tadi terjadi hanyalah masalah kecil. Sebenarnya ia membeli bunga untuk sahabatnya, mereka berniat makan malam bersama dengan membawa pasangan masing-masing.

Melirik istrinya yang asik memainkan ponsel bukan membujuknya, membuat mood Fernando semakin buruk. Ia melirik tajam sebuah bunga lily yang berada di tangan Gery.

Sebenarnya untuk siapa bunga itu, ia ingin bertanya tapi tidak mau. Fernando ingin Nava duluan yang bertanya kepadanya.

Mobil memasuki kawasan Qaisar Company. Nava menatap kagum, betapa indahnya kantor Qaisar Company. Ia memang pernah kesini tapi untuk membuat masalah. Jadi ia berharap hari ini lancar tanpa adanya masalah lagi.

Walaupun masih enggan untuk berbicara dengan istrinya. Fernando tetap merangkul pinggang Nava. Semua karyawan melirik siapa wanita yang digandeng ceo mereka. Tapi mereka tidak berani untuk bergosip di depan tuan mudanya. Karena jika tuan mudanya, tau karyawannya mencampuri urusan pribadinya. Maka Fernando tidak akan segan memecat mereka begitu saja.

Saat sudah di depan lift khusus untuk keluarga Qaisar saja. Fernando menatap mata Gery, dan memberikan perintah.

"Gery, persiapkan ruang rapat."

Mendengar perintah dari tuannya Gery hanya menunduk hormat, dan pergi untuk mempersiapkan keinginan tuannya.

••••

Di lift Fernando tetap dengan kemarahannya. Nava hanya diam karena sudah malas menghadapi sikap Fernando yang terus berubah-ubah.

Dentingan dari lift menandakan mereka sudah sampai ke tempat yang dituju. Mereka berjalan keluar dan mata Nava menemukan sebuah pintu yang bertuliskan Nava Maliq Qaisar.

Tidak Nava sangka Fernando mengabulkan permintaannya. Fernando membuka pintu ruangan untuk istrinya. Ruangan Nava memang telah selesai dalam 1 hari.

Ruangannya memang kecil, hanya ada meja kerja, rak penyimpanan, sofa yang dapat menjadi tempat tidur. Pintu rahasia yang langsung terhubung dengan kamar pribadi Fernando yang berada di ruang kerjanya.

Tidak lupa juga Fernando memajang foto kebersamaannya dengan istrinya. Nava hanya dapat menggelengkan kepalanya, karena melihat bingkai foto yang ukurannya terlalu berlebihan terpajang jelas di setiap tembok.

Ruangannya kecil dan sederhana, tapi Nava menyukainya. Ia mencoba kursinya dan sangat menyenangkan.

Kegiatan Nava terhenti saat suara ketukan pintu terdengar. Pintu terbuka dengan sekertaris Gery yang sepertinya telah menyelesaikan tugas dari Fernando.

"Tuan muda, semuanya sudah siap. Tinggal menunggu kedatangan anda," Gery menunduk hormat saat berbicara.

Tanpa berkata sepatah katapun, Fernando menarik tangan istrinya agar mengikutinya. Memang tugas utama Nava adalah selalu mengikuti langkahnya kemanapun itu.

Nava awalnya tidak ingin pergi, karena masih ingin menikmati ruangannya. Tapi melihat wajah Fernando yang tidak bersahabat dia urungkan. Pegangan tangannya saja sulit untuk dilepaskan. Fernando sepertinya tidak ingin melepaskan dan membiarkannya pergi.

••••

Fernando menatap tajam, semua orang yang berada di ruang rapat. Menahan emosi yang memang belum hilang, membuatnya sakit kepala. Ditambah ia melupakan fakta bahwa semua orang yang mengikuti rapat adalah laki-laki. Hatinya makin panas, saat melihat Nava yang tidak cuek, bahkan bersikap ramah terhadap karyawannya.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang