Chapter 15

1.8K 63 0
                                    

Mengembuskan napas perlahan sepertinya masalah yang ia hadapi belum juga berakhir. Terlihat kedua mertuanya memasuki ruangan. Nava berdiri dan memberikan senyuman kepada kedua mertuanya.

Evander dan Adelina mendengar kabar tentang putranya, dengan segera datang ke rumah besar Qaisar. Adelina bersyukur melihat Nava menemani Fernando, tadinya ia akan memberikan peringatan kepada menantunya jika Nava meninggalkan putranya lagi, seperti kejadian kemarin.

Dirinya tau betul bahwa putranya tidak akan begitu saja sakit, pasti penyebab utamanya adalah masalah hubungan Fernando dengan Nava. Adelina terkadang bingung, untuk mananggapi masalah putranya. Jika ia terlalu ikut campur, menantunya pasti sampai kapanpun tidak akan mau menerima Fernando.

Evander juga bersyukur, melihat Nava tidak pergi seperti kejadian kemarin. Mungkin sepertinya Evander yang terlalu khawatir dengan berlebihan. Ia rasa tidak perlu lagi untuk ikut campur. Awalnya ia mengira Fernando tidak akan bisa mengendalikan diri.

Tapi setelah melihat bahwa menantunya tidak pergi, malah menemani anaknya ia yakin bahwa Nava juga ingin memperbaiki hubungan pernikahannya.

"Terimakasih, karena telah dengan baik merawat putraku," ucap Evander dengan tulus.

"Tidak, ini salahku yang tidak mendengarkan ucapan Fernando," Nava menundukkan kepalanya karena ia tau yang bersalah adalah dirinya.

"Tidak apa-apa, itu lah yang wajar. Diriku juga pernah seperti itu. Tapi nanti sebaiknya kamu izin terlebih dahulu kepada suamimu," Adelina tersenyum, sambil memberikan peringatan untuk menantunya.

Ketenangan hinggap di hati Nava, ia bersyukur, kedua mertuanya tidak menyalahkan dirinya. Walaupun ia merasakan peringatan keras dari ibu mertuanya. Tapi ia merasa lega karena tidak terlalu disalahkan atau dipojokkan.

Mereka bertiga memutuskan keluar dari kamar, dan mengobrol bersama. Evander dan Adelina juga sesekali memberikan saran kepada menantunya, tentang hubungan pernikahannya dengan Fernando.

••••••

Beberapa saat kemudian, suara teriakan terdengar. Evander memutarkan bola matanya dengan malas. Sepertinya kelakuan putranya yang ini, tidak dapat berubah sampai kapanpun.

Mendengar namanya dipanggil kembali, Nava merasa jengah. Karena Fernando seperti mempunyai alat deteksi, yang dimana Fernando dapat merasakan dirinya ada atau tidak.

Padahal baru sebentar ia meninggalkannya.  Tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan dari belakang tubuhnya, dan tentunya saja itu dari Fernando.

"Jangan pergi," bisik Fernando, matanya berkaca-kaca bahkan rasa takutnya tidak berhenti menghilang.

"Aku disini," jawab Nava lembut agar Fernando dapat tenang.

"Hahahaha" Evander dan Adelina tidak dapat menahan tawanya. Mereka merasa lucu melihat kool fever di dahi Fernando. Seperti melihat Fernando kecil tapi versi berbadan besar.

Mendengar tawa ayah dan ibunya, Fernando hanya mengedus sebal.

"Sepertinya dad dan mom, tidak perlu terlalu khawatir jika adanya masalah lagi. Tapi ingat ini, semua yang terjadi pada kalian berdua dad dan mom pasti akan tau," Evander memberikan peringatan kepada mereka berdua.

"Maafkan aku, aku yang bersalah. Aku belum bisa menahan emosiku sendiri," Fernando menundukkan kepalanya, karena ia tau yang bersalah disini adalah dirinya.

"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar disebuah hubungan," Evander memaklumi kondisi Fernando.

"Bagaimana jika Nava ikut kamu bekerja?"

Adelina tiba-tiba memberikan saran kepada Fernando. Ia juga merasa dengan Nava selalu disisi anaknya, Fernando mungkin dapat mengendalikan dirinya. Putranya juga bisa untuk lebih baik lagi dalam membina hubungan mereka menjadi lebih dekat.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang