Chapter 12

1.6K 64 0
                                    

Memandangi istrinya dengan penuh cinta. Fernando bersyukur, diberikan kesempatan untuk memiliki Nava. Mata Fernando perlahan-lahan mengeluarkan air mata, ia terharu kemudian mengecup dahi istrinya dengan sangat lembut.

Menahan suara tangisannya, Fernando tidak menyangka ada momen kebersamaannya dengan istrinya. Selama dua tahun pernikahan ia hanya dapat memperhatikan istrinya dari jauh. Bahkan tidak berani untuk mendekatinya secara langsung.

Fernando selalu saja mengira istrinya membenci dirinya. Jadi ia mulai menjaga jarak karena takut istrinya akan meminta berpisah dengannya. Ternyata ia salah, karenanya Nava hampir pergi darinya.

Mengingat kenangan yang membuat istrinya hampir meninggalkannya. Fernando merasakan sakit yang luar biasa dihatinya. Ia menangis tanpa bersuara, memikirkan bagaimana jika itu benar-benar terjadi.

"Jangan tinggalkan diriku, maafkan aku. Aku akan berusaha sekeras mungkin, agar kehidupan pernikahan kita tidak seperti dua tahun yang lalu," Fernando mengucapkannya pelan di samping telinga istrinya.

Merasa istrinya sudah sangat pulas, ia kemudian memeluk erat tubuh istrinya dan membawanya ke atas sofa. Membaringkannya di sana, kemudian ia juga ikut bergabung bersama.

Untungnya sofa miliknya memang cukup luas, karena sedari dulu juga ia sering tidur di sofa ini. Tersimpan juga sebuah selimut, untuk menghangatkan tubuh mereka berdua.

Memandangi kecantikan yang ada di wajah istrinya, kemudian mengecup semua wajah istrinya secara lembut. Tidak lama setelahnya, Fernando juga merasakan kantuk, ia memejamkan kedua matanya dan tertidur dengan memeluk pinggang istrinya.

••••

Sebuah mobil memasuki kediaman besar Qaisar, pintu mobil terbuka terlihat Norel dan Ella yang sedang disambut langsung oleh kepala pelayan Dion.

Hari sudah hampir tengah hari, Norel tidak melihat keberadaan Nava sejak ia datang.

"Dimana cucuku Nava?" Norel bertanya.

"Nona muda sedari pagi belum keluar kamarnya. Bahkan tuan muda juga sepertinya tidak pergi bekerja. Karena saya biasanya melihat tuan muda sudah berolahraga setiap pagi hari, saya mencoba mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam."

Ella dan Norel merasa heran tidak biasanya sekali Fernando membolos untuk bekerja. Mereka berdua pergi untuk mengecek kamar Fernando. Karena takut terjadi sesuatu kepada kedua cucunya.

Mengetuk pintu lagi dan lagi tapi tidak adanya sahutan atau balasan. Mencoba membuka pintu, untungnya saja pintu tidaklah terkunci. Memasuki ruangan yang masih gelap dan tertutup tirai, Norel mencari remote untuk membuka otomatis tirai jendela.

Kamar yang tadinya gelap berubah menjadi terang saat cahaya matahari menyinari kamar Fernando. Mata Ella melihat sesuatu yang sangat menarik, dirinya segera mengajak Norel untuk melihatnya.

Norel dan Ella tersenyum melihat betapa lucunya kedua cucunya. Melihat Fernando tertidur bersama dengan Nava di sofa. Norel mengambil handphone-nya untuk segera memberitahukan kepada Evander dan Adelina.

Fernando perlahan membuka matanya, ia merasakan ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Wajahnya langsung cemberut, melihat dirinya sedang ditertawakan kakek dan neneknya.

"Grandpa, grandma jangan melihatku seperti itu," ucap Fernando pelan dan sedikit kesal.

"Sudah, sebaiknya kamu bangun. Hari sudah akan siang."

Mendengar jawaban Norel, Fernando dengan perlahan bangun, agar tidak membangunkan Nava dari tidur nyenyaknya.

"Aku telat bekerja," dengan cepat menghubungi sekertaris Gery. Agar semua pekerjaannya dibawa ke rumah Qaisar. Ia sudah tidak ingin bekerja di kantor.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang