Chapter 6

2.6K 81 3
                                    

Keheningan terjadi, Fernando seakan lupa bahwa istrinya memang benar-benar tidak ingin tinggal di sini. Dirinya berbalik, melihat tatapan marah serta sedih dan kedua bola mata yang berkaca-kaca dari istrinya.

"Sayangku, aku minta maaf." Bisik Fernando, kemudian dengan lembut mengelus kepala Nava.

"Grandpa sepertinya Fernan tidak bisa untuk tinggal di sini. Aku minta maaf grandpa." Dengan lembut Fernando ucapkan, ia merasa bahwa Nava memang tidak ingin tinggal di rumah besar Qaisar.

Mendengar jawaban yang paling ia tidak inginkan Norel memberikan tatapan tajam kepada kedua cucunya, Norel kesal bukan main.

"Fernan. Kita baru saja, sepakat kalian berdua akan tinggal di sini." Norel dengan keras mengatakan keinginannya.

"Istriku tidak ingin tinggal di sini grandpa. Aku mohon grandpa, aku berjanji akan lebih sering berkunjung kesini." Fernando berusaha mungkin menyakinkan kakeknya.

Melihat tatapan sedih kakek dan neneknya, sedikit membuat Fernando bersalah. Tapi karena penolakan keras dari Nava yang tidak ingin tinggal di sini, membuat Fernando mau tak mau menurutinya.

"Maaf Fernan, mungkin ini terkesan grandpa mencampuri permasalahan kalian. Tapi mendengar Nava yang berniat menceraikan mu. Membuat grandpa tak bisa tinggal diam. Grandpa tidak mau adanya perceraian di hubungan kalian, dan lagi pula jika kalian ingin berpisah. Kalian harus mendapatkan izin dariku."

Mendengar Norel berbicara seperti itu, membuat Nava seolah baru teringat akan peraturan keluarga Qaisar. Dirinya sudah tidak kuat lagi untuk bertahan. Ia bangkit kemudian berlari dengan kencang, tanpa menghiraukan panggilan Fernando yang memanggilnya.

Air matanya keluar seiring dirinya berlari. Ia menangis merasa sudah tidak sanggup dengan semuanya. Mengabaikan pekerja yang melihatnya. Nava pergi keluar menuju area taman. Sekarang ia tak akan bisa keluar dari area rumah secara sembarangan. Kebebasan akan hilang seketika.

Fernando yang akan menyusul kemana perginya Nava, tidak jadi karena suara dan usulan dari neneknya.

"Stop Fernan, jangan dulu. Biarkan Nava merasa tenang. Mungkin dirinya sedang lelah dan banyak pikiran." Ella berusaha menenangkan Fernando, agar tidak bertindak sembarangan.

"Walaupun apa yang terjadi, kalian tetap tinggal di sini. Ini sudah keputusan grandpa yang tidak bisa diganggu gugat lagi."

Dengan keras kepala Norel tetap dengan keputusannya, kemudian ia pergi dari ruang makan. Ternyata benar apa yang diucapan Evander, Nava sudah mulai berani mengatakan apa yang ia tidak suka.

Memang saat pertama kali Norel dan Evander melakukan perjanjian dengan Nava, dan memberikan ancaman yang sedikit kejam kepadanya, agar mau menikah dengan Fernando. Nava memang hanya pasrah menerima tanpa merasakan suatu keberatan.

Tapi sepertinya Norel baru menyadari sesuatu. Nava menerima lamaran tersebut bukan karena takut ancaman dari dirinya. Sungguh aneh rasanya, malahan dirinya ingat sekali bagaimana raut tenang Nava saat ia mengancamnya dulu.

Sepertinya memang ada hal yang lain, yang membuat Nava menerima lamaran pernikahan itu. Norel berniat menyelidikinya. Tapi setelah berpikir beberapa saat, ia merasa itu tidak perlu untuk sekarang. Lagi pula cucunya baik-baik saja.

Norel juga merasa sebaiknya dirinya memberikan kesempatan kepada Fernando, seperti halnya Evander yang memberikan kesempatan untuk mempercayai putranya. Tapi ia akan tetap senantiasa mengawasi keadaan cucu tercintanya agar dalam keadaan baik-baik saja.

•••••

Fernando merasa ucapan neneknya benar, ia harus memberikan Nava ketenangan. Dengan mood istrinya yang memang sedari awal sudah tidak bagus, dan dirinya tidak bisa menuruti permintaannya. Pasti membuatnya merasa sangat kesal dan marah.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang