Chapter 4

3.3K 100 0
                                    

Para bodyguard yang mendengar teriakkan dari ruang rawat tuan mudanya, segera masuk. Tapi mereka malah mendapatkan bogeman dan pelampiasan amarah dari tuan mudanya.

Mendengar teriakkan hingga suara barang pecah, Nava bergegas keluar dari kamar mandi. Dirinya terkejut melihat dengan jelas Fernando meninju beberapa bodyguard yang bertugas menjaga di luar ruangan.

"FERNANDO," teriak Nava, raut wajahnya jelas sekali terlihat seperti kesal. Ia sudah merasa lelah sehingga raut wajahnya tidak dapat ia kontrol.

Mendengar teriakkan dari istrinya, membuat Fernando menghentikan kegilaannya. Dirinya membatu rasa takut semakin meningkat saat melihat tatapan mata Nava yang terlihat membencinya.

Ia menundukkan kepalanya, terlihat matanya mengeluarkan cairan bening ia menangis tanpa bersuara. Pikirannya tidak tenang ia tak mau Nava pergi darinya.

Melihat situasi yang mulai mereda, Nava menghembuskan napas panjang. Berat rasanya itu yang ia rasakan. Memutuskan untuk segera mengendalikan situasi yang sudah terkontrol.

"Panggilkan dokter serta petugas kesehatan yang lain, jangan lupa untuk merawat yang terluka," perintah Nava tegas seperti sudah muak dengan drama ini.

"Baik nona muda," ucap serempak para bodyguard.

Nava hanya diam tanpa berniat menghampiri Fernando, kepalanya pusing memikirkan kejadian yang baru terjadi. Matanya melihat sekeliling terlihat bunga matahari yang rusak, dan kartu ucapan yang hancur.

Berjalan mengambil kartu ucapan itu, untuknya masih bisa untuk dibaca. Ia membaca dengan cermat. Isinya ialah

Maafkan aku Ava.

From Adrian 

Nava memutar bola matanya. Oke dirinya paham mengapa Fernando mengamuk hingga marah marah tidak jelas. Karena memang hanya Fernando yang mengetahui bahwa Adrian ialah orang yang pernah ia sukai.

Teman baiknya Elliot saja tidak mengetahuinya, bahkan Adrian sendiri tidak pernah tau, atau merasakan bahwa ia pernah menyukainya dulu.

Memperhatikan istrinya yang malah membaca kartu ucapan itu bukan menghampirinya. Fernando semakin sedih dirinya tak berdaya. Hatinya menjadi tidak tenang, ia berteriak sambil memukul kepalanya. Ia tak mau Nava pergi.

"Jangan pergi," terikan dari Fernando.

Fernando semakin tidak terkendali. Nava tentu terkejut ditambah saat melihat tangan Fernando sudah menggenggam sebuah pecahan vas, dengan cepat ia langsung menghampiri Fernando.

Tanpa sebuah kata atau kalimat hanya berdiri dihadapan Fernando sudah cukup membuat akal sehat Fernando kembali sedikit demi sedikit.

"Istriku jangan pergi," ucap Fernando sedih.

Nava tidak menjawab, ia menggenggam tangan Fernando kemudian membuang pecahan vas itu, terlihat telapak tangannya mengeluarkan banyak darah. Nava mengendus kesal, ia pasti akan dimarahi lagi dan lagi oleh keluarga Qaisar.

Pintu terbuka terlihat petugas kesehatan datang. Dokter muda bernama Leon (25 th),  yang merupakan sahabat dekat dari Fernando.

Leon yang melihat kegilaan yang dilakukan oleh sahabatnya itu hanya dapat mengelus dada. Padahal belum juga sehari, Fernando sudah seperti orang yang akal sehatnya hilang.

"Sebaiknya pasien dipindahkan ruangannya terlebih dahulu," Leon berbicara kepada Nava agar membawa Fernando ke ruangan yang berada di sebelah, karena melihat kondisi ruang rawat Fernando kacau balau kembali.

Saat telah tiba di ruangan lain.

"Maaf nona sebaiknya anda menunggu di luar terlebih dahulu," ucap Leon alasannya ia berniat untuk berbicara secara pribadi dengan sahabatnya itu.

FERNANDO LOVE (Pindah Ke Fizzo Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang