SELAMAT MEMBACA ❤️
---------------------
"Jadilah bunga matahari
Yang tiba-tiba mekar di taman
Meski bicara dengan bahasa tumbuhan
Kan ku ceritakan padamu
Bagaimana hidupku tanpamu."(Sal Priadi - Gala Bunga Matahari)
●○•♡•○●
•• meski banyak sekali perasaan yang harus ku pendam, pada kenyataannya perjalanan untuk tabah tak pernah mudah ••
"Ta, berangkat sama Mas apa sama Abang?!" seru Jantera dari arah dapur.
Terdengar teriakan Sapta dari dalam kamar. "Aku berangkat sama Abang aja, Mas!" sahut Sapta.
Jantera yang memang tengah menyiapkan bekalnya pun berjalan ke arah kamar, lalu masuk ketika melihat pintunya tidak tertutup. "Yakin mau sama Abang? Mas mau berangkat sekarang," kata Jantera.
Sapta mengangguk. "Iya, Mas. Aku mau jalan kaki aja. Udah lama nggak jalan kaki."
"Ya udah. Mas berangkat. Uang jajan udah dikasih Mas Abi belum?" tanya Jantera.
"Hari ini, aku dikasih Mas Raga. Aku kayaknya harus kerja deh, Mas," kata Sapta.
Jantera mengerutkan alisnya. "Kenapa gitu?"
"Aku kayaknya beban banget buat semuanya. Aku nggak mau terus-terusan nyusahin."
Hati Jantera berdenyut nyeri mendengar kata-kata yang keluar dari adik bungsunya itu. Dalam hatinya, Jantera berteriak meminta maaf karena Sapta harus menderita atas ketidakmampuannya sebagai seorang kakak.
"Untuk itu, kita bahas nanti. Sekarang, kamu sekolah dulu aja yang bener! Itu tugas utama kamu! Nih, Mas tambahin uangnya. Jangan jajan macem-macem! Sisanya, kalau bisa ditabung, ya? Mas berangkat dulu," kata Jantera seraya mengusak rambut Sapta.
"Mas, ini kebanyakan!" ujar Sapta.
Jantera menggeleng. "Nggak. Kamu juga nggak perlu kasih sebagian ke Abang. Abang udah Mas kasih semalam. Itu buat kamu aja."
Mata Sapta berbinar. Sapta tidak pernah mengira jika Jantera yang dulu dingin dan keras padanya, nyatanya punya sisi sehangat ini.
"Mas Jan, makasih ... " ucap Sapta seraya mencium punggung tangan Jantera.
Jantera terkekeh. "Iya. Udah, ya. Mas berangkat. Itu nanti sebelum pergi, coba tanya ada apa sama Mas Dika! Tadi Mas Dika nyuruh kamu nemuin dia dulu di belakang," tutur Jantera.
Sapta mengangguk, sebagai respon atas apa yang Jantera katakan.
●○•♡•○●
Jika biasanya Mas Abi sudah berangkat pagi-pagi sekali sesaat setelah Sapta dan Kara pergi, berbeda dengan hari ini. Mas Abi masih berada di rumah. Bahkan, ketika Mas Raga akan pergi bekerja.
"Mas? Nggak masuk kerja?" tanya Mas Raga.
Mas Abi tersenyum kecil. "Ada yang mau Mas sampein sama kamu, Ga. Nanti aja. Kamu hati-hati, ya? Untuk hari ini, Mas gantiin semua kerjaan rumah. Biar nanti, pas kamu pulang, kamu bisa langsung istirahat," kata Mas Abi.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE END ✔
Novela JuvenilKatanya, rumah itu akan terasa hidup jika di dalamnya lengkap dan hangat. Lalu, bagaimana dengan tujuh bersaudara ini? Abinara Madana, tidak pernah menyangka jika kehidupannya yang pertama kali di dunia ini, ia tak hanya harus menjadi anak sulung. N...