02

103 17 5
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"WAL!!"

Si gadis berponi dengan lesung pipi itu menoleh ke belakang dan melihat ke arah seorang perempuan yang berjalan kearahnya.

"Apaan?"

"Info dong," ucap gadis itu dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Info apaan anjing!"

"Santai anjir santai. Kata sih Cita lo ada contekan buat ujian nanti."

"Idih... Kagak ada ya. Anak sebaik gue mana pernah main contek-contek kan pas ujian. Idih, gak main gue tuh." Gadis yang di panggil Wal itu pura-pura bergidik jijik.

Temannya yang mendengar itu merotasikan matanya. "Heleh, spek Dajjal kek lo gak pernah nyontek konon."

"Gak percaya amat lo."

"Ayo lah, Wal. Butuh contekan gue anjay, masa ntar gak ada yang gue isi pas ujian." Gadis itu kembali meminta contekan ke wal dengan tampang melasnya.

Sebut saja nama gadis berponi lesung pipi ini  Wala Deimena. Wala sebutan yang sering teman-temannya panggil.

Wala menarik nafasnya dalam-dalam sebelum merogoh kantong roknya, yang dimana didalamnya ada secarik kertas berisi macam-macam tulisan. You know itu sebuah contekan yang di tagih temannya tadi.

Wala menepuk pundak temannya sebelum memberikan contekan. "Zan, kalo gak modal gak usah ujian besok ya. Kapan-kapan mandiri ya bro, jangan manja."

Dzakiyah Farzana yang notabenenya meminta contekan tadi memutar matanya malas mendengar nasihat tidak bermutu temannya.

"Kalo mau ngajarin temannya itu jangan yang buruk-buruk taik. Yang baik napa."

"Berbagi keburukan itu lebih baik  teman," ujar Wala sambil menepuk dadanya bangga.

"Bangga lo anjing. Dahlah mau pamit dulu gue, mau nyalin ini dulu." Zana mengangkat contekan tadi dan berlalu begitu saja dari pandangan Wala.

Begini lah teman sejati, sudah dapat kehendaknya lalu pergi begitu saja.

"Si anjing malah pergi aja. Ucap terima kasih kek, apa kek. Emang gak ada otak."

Wala kemudian ikut pergi kearah berlawanan dari Zana tadi. Tujuan utamanya kini hanya satu, yaitu menuju belakang sekolah yang di mana ada pohon mangga yang buahnya lagi matang.

Dan kita tau apa yang akan dilakukan Wala berikutnya.

***

Suasana kelas kini mulai diam dengan raut wajah siswanya macam-macam. Ada yang santai, ada yang tegang, dan banyak macam lagi.

Begitu dengan siswi yang duduknya di belakang bagian tembok dekat jendela. Ia sebaik mungkin memantau suasana agar bisa membuka secarik kertas yang telah ia sembunyikan di dalam kaos kakinya.

Berbagai cara agar bisa ia lakukan supaya pertanyaan yang ada dalam kertas ini bisa di jawab.

Good job

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang