10

30 13 2
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"Ingat kata Albert Einstein, Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus melaju. Jadi ketika kalian dalam kesulitan jangan sampai kalian menyerah, hadapi sebisa  mungkin. Tidak ada hal yang lebih bagus di dunia ini selain ketika kalian berdiri diatas tumpukan derita dan bisa menghadapinya."

"Jadi Ibu hanya berpesan kepada kalian semua tanpa terkecuali, kalo ada masalah jangan sampai mengambil jalan pintas yang bisa membuat kalian rugi." Lanjut Guru tadi yang memberikan arahan kepada semua muridnya.

Banyaknya kalangan dari remaja sekarang yang lebih mengakhiri hidupnya untuk menyelesaikan masalah yang sedang datang kepadanya. Itu bukan lah solusi bagus, bukan jalan keluar dari masalah itu.

Jika kalian gagal menghadapi permasalahan jangan langsung berhenti disana. Cobalah untuk bangkit, berdiri, dan kembali berjalan mencari jawabannya. Bukan dengan mengakhiri hidup di dunia ini.

Mereka mengganguk mengerti dan bertepuk tangan sebagai apresiasinya kepada guru tadi yang telah mencerahkan otak mereka agar jangan sampai melakukan sesuatu yang bisa merugikan kita.

Setelah pelajaran berakhir dan perginya guru tadi. Mereka semua mulai beranjak dari bangku masing-masing. Ini waktunya pulang.

Begitu juga dengan ke enam laki-laki yang duduk dibelakang sana. Mereka sangat suka dengan pelajaran satu ini, setiap mengakhiri proses belajar mengajar pasti guru tadi selalu memberikan nasehat untuk mereka melalui kalimat-kalimat yang sangat bermotivasi.

Vidor beranjak dari bangkunya yang diikuti oleh kelima temannya. Ansel manarik ranselnya yang berada di bawah kolong meja, dan mulai memakainya seperti dengan teman-temanya yang lain.

Lie menepuk pundak Vidor yang membuat cowok itu menoleh kesamping. "Apa?"

"Nongkrong yuk!" Ajak Lie.

"Yuk. Udah lama juga gak nongkrong kita," sahut Farid yang menyetujui ajakan Lie tadi.

Vidor mengangguk pertanda ia setuju.

Mereka mulai melangkah keluar, baru saja langkahnya keluar dari pintu kelas teriakan nyaring membuat perhatian mereka teralihkan.

"CINTA!!"

"Bangga gue liat tuh cewek yang gak pernah capek ngejar lo, Dor," ucap Hedy yang menggelengkan kepalanya.

"Namanya juga udah jatuh cinta," sambung Ghazi yang terkiki bersama Lie.

Wala sudah didepan mereka berenam. Gadis itu mangambil nafas banyak-banyak, mungkin kelelahan habis berlarian tadi.

"Eh cinta udah lama gak ketemu," ucap Wala yang senyum-senyum aneh.

"Perasaan kemarin lo ketemu deh," sahut Farid memandang Wala.

Wala menggelengkan kepalanya keras-keras. "Mana ada. 'kan kemarin gue gak masuk."

"Cuma satu hari loh, Wal."

"Namanya gak ketemu pasti kangen lah," jawab Wala yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.

"Stres," ujar Vidor yang berlalu saja dari sana.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang