11

22 12 2
                                    

Selamat Membaca
Tinggalkan jejak
.
.

Rencana yang mereka susun kemarin akhirnya jadi juga. Kini mereka menikmati suasana yang damai, hanya terdengar bunyi ombak yang memecah karang.

Air gelombang kecil itu sangat asik berputar di bibir pantai ini. Bunyi kicauan burung juga diatas sana membuat suasana alami.

Mereka menghirup udara sedalamnya, disini masih sedikit pengunjung yang hadir. Bisa dihitung siapa saja yang ada di pantai ini.

Wala melangkahkan kakinya ke bibir pantai, gadis itu menikmati pijatan alami ombak. Bahkan tidak jarang pijakannya goyah terbawa arus ombak yang lumayan deras.

Wala tertawa kecil menikmati liburan ini. Walaupun cuma liburan kecil-kecilan yang hanya bertahan satu hari yang penting membuat dia senang dan bisa melupakan masalah hidup sejenak.

"JANGAN JAUH LO, WAL!! DIBAWA ARUS MAMPUS!!" Teriakan Zana dari kursi pantai yang letaknya lumayan jauh dari posisi Wala sekarang.

Gadis berponi itu tersenyum menghadap Zana. Ia tidak akan jauh, siapa juga yang mau dibawa arus ombak ini?

Jempol Wala berikan kearah Zana. Bahwa ia tidak akan jauh-jauh dari pandangan temannya satu ini.

Diwaktu yang sama Cita dan Nana asik menikmati makanannya. Katanya kesini mau berjemur tapi mereka berdua terlihat sedikit ogah kalo melakukan hal itu.

Dengan entengnya Nana dan Cita asik menikmati makanan yang sudah tersusun rapi di mejanya. Ada berbagai macam cemilan disana.

"Jangan rakus napa, Na." Sungut Cita melihat gaya makan Nana terlalu cepat dan membuat sekitar bibirnya belepotan.

"Hidup harus rakus supaya badan gak kurus."

Cita merotasikan matanya mendengar jawaban Nana. Padahal setiap perempuan di dunia mendambakan badan yang kurus. Tidak hayal mereka rela-rela diet ekstrim. Begitu lah kaum hawa.

"Gaya lo. Tapi badan lo tetap kurus, Na."

"Itu namanya hidup sehat."

"Sehat apanya, tiap hari makan makanan penuh micin mulu."

"Ya lebih baik  begitu, Cit. Dari pada Bucin! Lebih bagus makan makanan micin."

"Ah, serah lo, Na."

Cita mencomot makanan yang akan dimasukkan ke mulut Nana. Gadis itu menatap kesal Cita yang seenak jidat nyomot makanannya.

Kalo soal makanan Nana nomor satu berdiri paling depan. Kalo soal bucin Nana juga nomor satu, tapi kalo soal pelajaran Nana nomor kesekian kalinya.

"Enak ya, makan aja kerjaan lo berdua."

Suara dibelakang Cita membaut kedua gadis itu menoleh dan mendapati Zana yang mulai ikut bergabung.

Zana meraih satu cemilan dengan rasa pedas. Gadis itu sangat suka dengan makanan yang berbau banyak cabe. Tapi perutnya bisa-bisa aja menerima bahkan tidak ada pernah tuh bocah sakit perut ataupun mencret.

"Kita 'kan lagi liburan ya makanan solusinya."

"Lah taik! Bukannya menikmati suasana disini malah enakkan makan!"

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang