19

16 4 0
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

Hari telah berlalu pergi meninggalkan sejuta kenangan. Waktu terus berputar tidak akan pernah berhenti. Mereka harus selalu bisa menjalani takdir semua ini walau kadang terpaksa. Apa yang mereka lalui sekarang adalah sebuah misteri.

Sudah seminggu berlalu tanpa kehadiran Wala membuat teman-temannya merasa sangat janggal. Apa yang sebenarnya Wala lakukan di luaran sana? Kenapa begitu lama?

Begitu juga dengan Vidor yang entah kenapa ada yang kosong dalam hatinya, padahal orang yang mengajaknya bicara ini adalah kekasihnya sendiri tapi tetap saja Vidor merasakan hampa.

"Kamu kok ngelamun mulu sih." Omel Aqsa melipat tangan di dada dengan sebal.

Vidor tersentak dari lamunannya. Beberapa hari ini ia suka sekali melamun bahkan di kelas Vidor kurang memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran.

Sadar dari lamunannya Vidor menggenggam tangan sang kekasih untuk menenangkannya. "Maaf, ya. Tadi lagi banyak pikiran." Maaf Vidor dengan tersenyum.

Melihat senyuman Vidor membuat kesal Aqsa hilang seketika. Senyuman Vidor bisa menenangkan hatinya ini.

Tangan diatas itu mengelus kulit lembut putih Aqsa. Baik itu perhatian kecil yang di berikan Vidor mampu membuat mood Aqsa kembali baik lagi.

"Emang kamu mikirin apa?" tanya Aqsa sembari ikut mengelus tangan Vidor di atasnya.

"Tentang sekolah." Bohong Vidor harus menyembunyikan apa yang ia pikirkan belakangan ini.

"Biasanya kamu fine-fine aja tuh, tumben bangat sekarang pusing mikirin sekolah."

"Itu 'kan biasanya sekarang bedah."

"Mmm... Yaudah lah. Jangan terlalu mikirin aku takut nanti kamu stress."

Aqsa juga tidak terlalu memikirkan masalah Vidor. Lagian cuma masalah di sekolah aja bukan tentang masalah hubungan mereka.

Tanpa Aqsa ketahui masalah itu memang tentang sekolah Vidor tapi ada maksud dari itu semua.

***

Tempat makan sederhana ini di tongkrongi anak muda-mudi yang menikmati malam minggu ini. Mereka asik mencicipi berbagai macam makanan dan jajanan di luaran sana dengan pasangannya.

Tapi beda dengan sekumpulan laki-laki ini yang lebih milih duduk bersama tanpa pasangan. Lebih baik saling mengumpat dari pada saling merebut bertengkar demi perempuan.

"Si Vidor lama amat pacaran, gak bosan liatin wajah tuh Aqsa!"

"Namanya juga bucin anjir, mana pernah bosan sama ceweknya!"

"Cantik sih cantik, tapi kalo caper gitu gue mah ogah!"

"Bilang aja lo gak bisa pacari dia anjir!"

"Bangsat!" Umpat Lie yang dari tadi tidak ada satu pun orang yang membelanya.

Farid dan Ansel lebih memilih main game dari pada ikut gabung dengan mereka. Yang malah bakalan naik darah.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang