Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.Hari Jumat telah datang yang artinya sebentar lagi hari libur akan menyambut mereka para pelajar. Baju batik yang berwana kecoklatan sangat cocok dengan begron sekolah ini.
Sekolah yang banyak di dambakan kalangan remaja, mereka yang masuk hanya mereka terpilih. Yang artinya terpilih orang kaya dan terpilih beasiswa.
Berbagai macam kelompok mereka bentuk untuk membuat ke populeran. Tidak hayal apa pun yang bersangkutan dengan bully-an sangat banyak di sini. Biasanya mereka menargetkan anak beasiswa. Kenapa harus anak yang menerima beasiswa sering mendapatkan bully-an? Seharusnya itu yang di banggakan, mereka sekolah bukan menggunakan uang orang tua tetapi menggunakan kecerdikan otak.
Tapi begitulah hidup di negera terkenal ini. Apa pun harus berhubungan dengan uang.
Kini mereka semua menunggu waktu guru yang akan mengajari mereka tentang materi hari ini. Lonceng pagi telah berbunyi yang pertandanya waktu proses belajar mengajar akan di mulai.
Sebagian memang mengikuti peraturan dan kebanyakan mereka tidak bedanya dengan sekolah yang lain, yang lebih memilih bolos.
Buat apa sekolah kalo hanya untuk minta uang jajan.
Zana dan kedua temannya lebih memilih duduk manis di kelas sambil menunggu guru datang. Satu persatu dari mereka mulai mengisi bangku yang kosong.
Zana dari tadi memandangi pintu menunggu seseorang. Tetapi apa yang ia tunggu itu belum datang dari tadi. Kemana dia?
"Cit, Wala gak masuk?" Cita menoleh kearah Zana.
Cita meletakkan hp nya yang dari tadi ia genggam. Cewek satu itu dari tadi sibuk dengan benda persegi di tangannya. Entah apa yang dia lakukan, Zana pun tidak tau.
Cita juga ikut mengedarkan pandangannya mencari salah satu temannya yang juga tidak nampak. "Iya juga, ya. Izin lagi dia?"
"Gak tau. Gak ada tuh dapat pesan dari Wala kalo hari ini minta izin."
"Lah? Terus maling buah lagi?"
"Keknya gak mungkin. Mana mau tu bocah maling buah pagi-pagi gini, palingan pas jam istirahat baru aksinya berjalan."
Apa yang dibilang Zana barusan benar juga. Semaling-malingnya Wala, dia tidak mau melakukan itu pas jam pertama atau ingin bolos. Katanya lebih baik tidur di kelas dari pada maling buah pagi-pagi.
Aneh bin ajaib otaknya.
Pandangan Cita teralihkan ke Nana yang mengelamkan kepalanya diantara lipatan tangan di meja. Gadis itu baru datang tadi sudah menguap lebar, mungkin begadang.
Kalo ketahuan sama Ansel habis tuh bocah di omalin. Siapa juga yang nyuruh dia begadang.
Cita mencoel pundak Nana supaya sedikit terganggu dari aksi tidurnya ini. "Na! Bangun napa, dari tadi tidur mulu."
"Mmm... Masih ngantuk ini." Suara kas orang tidur keluar dari mulut Nana.
"Ngapain aja semalam? Nonton bokep? Nonton kok gak ngajak- ngajak."
"Nonton horor bukan bokep. Plis, Cit, otak lo jangan link biru mulu," omel Nana yang tidurnya sedikit terganggu.
"Gak papa lah, nambah nutrisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Harapan : 365 Hari [END]
Teen FictionTAHAP REVISI‼️‼️ COMPLETE "Aku akan mengejar mu secara ugal-ugalan. Aku mundur secara ugal-ugalan bukan karena keinginan ku." _______________________________________________ "Cinta! yuhui! Tambah ganteng aja deh." "Cinta password nya apa dong?" "T...