05

26 13 2
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"ADUHHH!!! PAGI-PAGI GINI KETEMU CINTA!!"

"CINTA!! YUHUUUU!! PASSWORD NYA APA?!"

"DINGIN BANGAT SIH!! NTAR AKU BEKU LAGI!"

Vidor yang mendapati teriakan Wala yang sedari tadi berusaha menyamakan langkahnya mendengus kesal.

Kenapa dia harus bertemu dengan perempuan aneh ini? Apakah tidak ada ruang yang bisa memisahkan Meraka? Kenapa harus pagi begini, Tuhan?

Pagi yang harus menyejukkan harus sirna. Teriakan nyaring dari lawan jenis itu memenuhi koridor yang masih sepi, hanya beberapa siswa yang baru datang. Itupun kalo ada tugas piket.

Wala kembali tersenyum cerah memandang punggung cintanya. Hari ini ia merasa beruntung berangkat pagi-pagi, walaupun awalnya hanya ogah-ogahan. Setelah melihat Vidor sang pujaan hatinya berada di koridor membuat hari Wala cerah seketika.

Gadis itu berusaha menyamakan langkahnya, walau Vidor hanya berjalan biasa saja akan tetapi langkah Wala tetap tertinggal.

Aish... Derita punya kaki pendek ya gini!

Sedikit lagi

Yap

Wala berhasil menyamakan langkahnya dengan Vidor. Gadis itu tersenyum lebar memandangi wajah tampan Vidor yang tidak ada bosan-bosannya.

"Ganteng bangat sih. Anak siapa sih ini!" Wala merasa gemas dengan Vidor yang selalu cuek ketika ia dekati.

Wala meraih pergelangan tangan Vidor untuk ia pegang.

Melihat itu Vidor menyetak kan pergelangan tangannya dari Wala. Hal itu membuat Wala kecewa, padahal ia hanya memegang sebentar saja. Bagiamana rasanya memegang tangan sang pujaan hati, apakah nyaman kalo di pegang?

"Tangan lo kotor! Sama kayak tubuh lo!" Kata menusuk itu kembali Vidor lontarkan tanpa saring dulu.

Mendengar itu Wala tersenyum tetapi lebih senyum perih. Beginilah setiap ia berusaha mendekati Vidor, maka hatinya yang akan jadi taruhannya.

Sakit ya?

"Kalo kotor bisa dicuci kali. Tapi kalo hati yang kotor susah dihilangin," jawab Wala yang masih memandangi wajah tampan Vidor.

Andai Vidor menjadi kekasihnya, seberapa bahagia Wala setiap hari. Berdiri disamping Vidor aja sudah membuat ia senang, apalagi menjadi kekasihnya yang setiap hari akan membuat hari-hari Wala berwarna. Tapi itu hanya andai.

"Cinta! Kapan sih buka hati? Lelah tau nungguinnya."

Vidor mendekatkan wajahnya ke wajah Wala yang masih tersenyum. "Hati gue bukan buat lo!"

Jleb!

Apakah tidak ada kata selain itu?

Kenapa Vidor suka sekali membuat ia sakit? Cobain deh Vidor kalo di posisi Wala. Sakit tau.

Vidor menarik kembali wajahnya dan sekilas Vidor melihat raut muka Wala yang suram. Entah apakah perkataannya terlalu kasar, yang penting ia harus bisa menjauhi perempuan aneh ini.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang