04

47 15 2
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"Pelan-pelan Cok! Kalo mau mati jangan disini anjim!"

"Salah lo sialan! Kan lapar bangat gue jadinya!"

"Lah? Salah gue gitu? Ya kagak lah!"

Begini lah manusia, tanpa sadar telah membuat suatu kesalahan tanpa mereka ketahui.

Contohnya Wala, anak aneh bin ajaib ini tanpa rasa bersalah setelah mengajak kedua temannya menonton para pentolan sekolah main basket tanpa mengisi perut terlebih dulu.

Dan setelah latihan itu selesai, dengan kesal Cita menarik tangan Wala pergi dari sana dan mencari kantin terketat untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi sudah berbunyi.

Ya lah Wala santai aja, orangnya bawa cemilan.

Dan pelitnya, Wala tidak mau berbagi makanan.

Tidak lama kemudian terdengar keributan yang diciptakan oleh kaun hawa. Mereka memekik girang seolah sudah menemukan berlian.

Pekik kan itu semakin ramai dan semakin ramai lagi ketika segerombolan laki-laki mendekati sebuah bangku yang telah di isi oleh tiga perempuan.

Mereka berpikir untuk apa para lelaki tampan ini mendekati bangku itu?

Wala dan teman-temannya yang sedari tadi mulai terusik oleh teriakan kaum hawa tadu mulai menggerutu. "Apaan sih Anjing. Teriak-teriak kek orang hutan aja."

Tanpa mereka sadari orang yang diteriaki tadi telah berada dibelakang mereka.

Entah emang mereka yang kurang peka atau gimana? Dari mereka tidak ada satupun yang menyadari bahwa ada segerombolan pantolan sekolah yang telah berdiri di belakangnya.

"Eh!" Nana terkesiap ketika benda kenyal mendarat di pipinya.

Ketika menoleh ternyata ada seorang laki-laki yang tersenyum kearahnya.

Syukurlah yang menciumnya tadi pacar sendiri.

Nana ternyum kearah Ansel dan memberikan kecupan manis di pipi Ansel.

Ya ternyata yang dibelakang metaka tadi adalah Vidor dkk.

"Si anjing malah kek gitu didepan gue," gerutu Lie memutar mata malas.

"Makanya cari cewek," jawab Nana.

Nana terkikik melihat wajah masam seorang Lie. Ntahlah melihat laki-laki satu ini kesal sangat senang.

Lain dengan Wala yang baru nyadar bahwa yang dibelakang dia ada cintanya, siapa lagi kalo bukan Vidor. Sang pujaan hati Wala. Walau bertepuk sebelah tangan sih.

Emang sad

"Eh, cinta! Tambah ganteng aja deh. Kapan nih buka hati buat aku yang selalu menunggu?" Wala tersenyum malu-maluin didepan Vidor.

Vidor yang melihat itu bukannya merespon malah berlalu pergi dari sana. Ia lebih memilih bangku lain asal jangan satu bangku dengan gadis aneh itu.

Mendapatkan reaksi begitu bukannya sakit hati Wala malah senang. Entah lah bagaimana isi otak gadis ini.

Wala bangkit dari kursinya dan mengikuti langkah Vidor. Bodoamat dengan rasa malu yang penting ia bisa dekat dengan sang cinta.

"Cintaku!!! Yuhuuu!! Makin cuek makin sayang deh aku!"

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang