07

28 13 2
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

Dimalam yang dingin ini cocok sekali ditemani dengan semangkuk mie pedas dan secangkir teh hangat.

Angin terus berembus menembus kulit, tidak hayal dari mereka harus memakai pakaian yang hangat.

Berapa mangkuk mie pedas telah tersaji diatas meja ditemani dengan beberapa cemilan manis. Dari mereka ada yang membakar sepotong rokok untuk menghangatkan bibirnya.

Vidor menghisap rokoknya dan menikmati setiap asap yang keluar dari mulutnya. Tidak peduli akan larangan yang telah tertulis dibungkus rokok, yang penting dia bisa menikmati nikotin satu ini.

Asap demi asap memenuhi ruangan luas ini. Mereka masih asik menikmati suasana malam.

Helaan nafas terdengar keluar dari mulut Vidor. "Cara ngusir hama?"

"Hah?"

"Yang jelas lah ngomongnya."

Sebelum berkata Vidor menarik nafasnya lagi. "Gimana cara ngusir hama?" Sudah jelas pertanyaan vidor.

Ansel moleh sedikit heran dengan pertanyaan Vidor. Siapa hama yang bisa  menganggu sang kutub es ini?

"Siapa?" tanya Ansel yang lanjut menyeruput kuah mie nya yang masih tersisa.

"Hama gimana?" Farid ikut bertanya ke Vidor yang masih asik menikmati nikotin disela-sela jarinya.

"Wala," jawab Vidor.

"Emang Wala ngapain lo?"

"Ganggu hidup gue."

Mereka cukup paham akan kerisihan yang dialami Vidor. Vidor sangat anti dengan cewek yang bernama Wala. Setiap hari kalo ada kesempatan pasti Wala selalu menganggu harinya.

Sudah beberapa kali Vidor mengeluarkan kata-kata pedasnya tapi yang namanya Wala tidak akan pernah mempan.

Hedy menarik senyuman mengejek sambil menatap Vidor posisinya tepat berada didepannya.

"Jangan kek gitu, hari emang dia yang ngejar lo mana tau besok lo yang ngejar dia," ucap Vidor yang masih menampilkan senyum menyebalkan.

Satu hembusan asap keluar dari mulut Vidor. "Itu gak akan mungkin. Siapa yang mau sama cewek gatal kayak dia?" Diakhir kalimatnya Vidor terkekeh.

"Mulut lo." Tegur Lie yang menatap tidak suka kearah Vidor.

Sejahat-jahatnya kita, jangan sampai ngeluarin kata-kata kasar ke cewek.

"Udah beberapa hari ini gue gak liat Wala ngintilin lo lagi. Kemana tuh cewek?"

"Iya juga, ya."

"Pematang hidungnya aja gue gak liat."

"Tau lo kemana dia?" Vidor mengangkat bahunya tidak peduli. Toh kalau hilang pun bukan urusan dia.

Bunyi mangkok yang letakkan keatas meja kaca mengalihkan tatapan mereka kearah Ansel. Ternyata cowok itu sudah selesai menyeruput kuah mienya.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang