14

19 7 1
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"OI MAGE ROTASI WOI!! WOI ROTASI!!"

"SANTAI ANJIR! CLEAR MINION DULU LAH!"

"KELAMAAN OGEB!! MATI DULUAN INI!!"

"ah bangsat lah lo, main brawl aja sono."

"Besok-besok map-nya di gedein woi!!"

"Kalo mau nolong jangan terlambat anjir!"

"Lah? Menuju kesana juga butuh jalan taik! Lo kira gue naik motor aaa?! Langsung gas?!"

"Makanya kalo disuruh kesini ya langsung jalan dodol, malah asik clear Minion lo."

"Nanti turret mid hancur marah."

"Capek gue ngomong sama lo."

Vidor memperhatikan teman-temannya yang saling mengumpat. Padahal mereka belum kalah tetapi sudah terlihat frustasi.

Saat ini Vidor lebih membaringkan badannya ke sofa. Dia tidak ikut gabung dalam game seperti yang teman-temannya mainkan.

Sangat malas mengendong empat orang yang bodoh. Bukannya memang yang didapatkan tapi bacotan yang terus di ucapkan.

Kalo gini terus kapan coba memangnya.

Mata tajam itu kini mulai tertutup, Vidor butuh tidur sebentar karena dia lelah baru selesai berolahraga.

Setelah selesai olahraga tadi Vidor langsung mandi dan entah dari mana datangnya segerombolan orang-orang aneh yang telah nagkring di ruang tamunya. Terpaksa Vidor ikut gabung disana.

Sebenarnya ia malas cuma ya gak enak hati aja.

Toh tamu adalah raja kata orang.

"Cewek kalo botak cakep gak sih?" Pertanyaan tolol yang keluar dari mulut Lie.

"Secara biologinya, gak," jawab Ghazi mengikuti ilmu biologi dalam berpikir.

Memang ada cewek secara biologi?

Mereka menyetujui jawaban Ghazi barusan kecuali Vidor yang kini mulai tidur.

"Semut kalo ngomong sama kucing, kucingnya paham gak?"

"Kalo disamain ya sama-sama binatang, cuma ya gitu semut 'kan kecil emang bakalan terdengar suaranya sama kucing?"

"Oh iya, kalo gak terdengar 'kan bisa pakai toa. Terus bisa juga di translate sama binatang lain."

"Nah iya juga, ya."

Percakapan ngawur dari ke empat temannya ini sungguh diluar nalar. Ansel hanya geleng-geleng kepala saja mendengar apa yang mereka ucapkan, toh kalo gabung sama aja dia dengan mereka. Sama tolol maksudnya.

Ansel lebih fokus sama balasan chat sama Nana. Ini lebih bagus dari pada ikut mereka berempat yang otaknya mungkin sekarang sedang kosong melompong.

"Udah lama ini gue mau nanya."

"Apaan tuh." Seru semuanya ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Hedy barusan.

Hedy menggaruk tengkuknya, cowok itu menarik nafas dan tersenyum misterius. "Udang kalo berak lewat mulut, nah pertanyaan gue. Emang tuh udang gak jijik?"

Bukannya marah sama pertanyaan Hedy barusan mereka yang otaknya kosong ini malah berpikir keras. Iya juga apa yang Hedy bilang barusan, emang itu udang gak jijik?

"Mungkin kalo mau berak udang copot kepalanya dulu, nah kalo udah selesai baru deh dipasang lagi." Jawaban tidak masuk akal keluar begitu saja dari mulut Farid.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang