15

24 8 3
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"BILA CINTA DI DUSTA!"

"HATI MULA GELISAH!!"

"HILANG KEKASIH HATI!"

"HIDUP JADI MERANA!"

Sorakan saling menyahut itu terdengar jelas di kelas XII IPS 3. Mereka sekarang sedang menikmati jam kosong. Untuk menghabiskan waktu bersama mereka lebih memilih bernyanyi diiringi alunan musik dari gitar yang dimainkan oleh ketua kelas sendiri.

"INSAN JADI IDAMAN!"

"KINI DIMILIK ORANG!"

"CINTA YANG DIIMPIKAN!"

"PUTUS DI TENGAH JALAN!"

"TERPAKSA MENGALAH!!"

"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!"

Hitungan mereka secara serempak yang akan memasuki bait lagu.

"MENGAPA MENYINTA!"

"ANDAINYA TAK SETIA!"

"TAK USAHLAH BERCINTA!"

"JIKA HANYA BERPURA!"

"Langsung reff aja ketua!!" Teriakan Lulu salah satu teman Wala di angguki mereka.

"Sip."

"Siapa-siapa lo pada, jangan sampai putus urang leher lo nanti." Lanjut ketua yang mulai memetik sinar gitarnya memasuki reff lagu tadi.

Bunyi gesekan yang dihasilkan dari siner gitar tersebut membuat mereka siap-siap menarik nafas.

"HO-U-WO MERAYU-RAYU!"

"HO-U-WO INGIN KEMBALI!"

"HO-U-WO MERATAP SAYU!!"

"TIDAK MUNGKIN ORANG SIMPATI!"

"MENOLEH PUN TAK SUDI!"

Dengan suara yang menggema keras memenuhi ruangan kelas ini. Setelah menyanyikan bagian reff tadi mereka semua menarik udara sebanyak-banyaknya. Capek juga.

Wala yang ikut gabung dengan mereka juga mencari pasokan udara. Ia kira tidak akan selelah ini.

"Seru, ih!!" Seruan Cita yang dari tadi bertepuk tangan gembira.

"Tapi sayang keringetan."

"Pantesan dari tadi gue cium-cium bau gak enak."

"Si Anjir!"

Zana tertawa setelah menistakan Wala yang mulai berkeringatan.

Wala mengipas wajahnya dengan buku yang ia dapatkan dari bangku yang ia duduki ini. Entah bangku siapa ini.

"Besok lagi sambung Ketua. Sesak nafas gue!"

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang