23

15 5 0
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

"Ini udah, ini juga udah, terus apa lagi ya?" Wala memikirkan stok bahan masakan di rumahnya.

Cuaca saat ini sering sekali mendung, bahkan hujan deras pun ikut datang. Itu membuat Wala inisiatif mengisi stok bahan masakan. Mana tau kalo tidak malas Wala berniat buat makanan sendiri.

Tau sendiri Wala sang gadis pencuri buah dan malas.

"Keknya itu aja deh." Final Wala.

Troli belanjanya didorong sampai ke tempat kasir berada. Gadis itu menunggu antrian sambil bersenandung kecil. Antrian kali ini lumayan panjang, mungkin orang-orang di sini juga ikut membeli stok bahan buat di rumah mereka.

Wala menoleh kebelakang ketika bahunya di coel ibu-ibu berdandan sederhana ini. "Ya, Buk?"

"Jarang loh Ibu lihat anak seusia kamu belanja stok masakan. Di suruh sama Mama, ya?" tanya Ibu itu memandang ke arah troli Wala.

Ada secuil harapan di dalam perkataan ibu tadi yang Wala inginkan. Wala tersenyum memandang balik Ibu itu yang dari tadi tidak melunturkan senyuman ramahnya.

"Bukan, Buk. Inisiatif saya sendiri, Buk. Ibu tau sendiri cuaca sering hujan makanya saya beli banyak stok bahan masakan biar gak repot nantinya," jawab Wala.

"Iya juga, ya. Ibu juga gitu loh, nanti takut kalo hujan lebat terus petir nah misalnya perut lapar minta di isi, eh, gak ada yang bisa kita masak nanti. Makanya Ibu juga stok kayak kamu ini," ujar Ibu itu menunjukkan trolinya.

Perbincangan itu terus berlanjut hingga terhenti saat antrian Wala. Wala mengeluarkan semua yang di belinya ke atas meja kasir dan mulai menunggu sang kasir menghitung belanjaannya.

"Totalnya satu juta lima ratus tiga puluh dua rupiah. Mau bayar ces, kak?" Sang kasir meletakkan belanjaan Wala yang sudah di hitungnya.

"Iya, kak."

Wala mengeluarkan beberapa lembaran uang berwarna merah. Tapi sebelum ke sini gadis itu mampir ke Atm. Wala lebih suka bayar dengan kas dari pada pakai kartu.

"Terima kasih, Kak." Wala membalasa senyuman kakak kasir itu dengan ramah.

Setelah semuanya telah lengkap sekarang waktunya Wala buat masak. Padahal tadi ia sudah makan sebelum ke sini, memang dasarnya perut karet ya gini, nih.

Malas juga mampir ke tempat makan, Wala memilih hari ini masak sendiri. Jarang juga makan makanan sendiri.

Jarak rumah Wala tidak terlalu jauh dengan mini market tadi. Jadi Wala memutuskan jalan kaki saja.

"Gak ada musim buah," lirih Wala lesuh yang matanya dari tadi melihat pohon buah-buahan yang belum berbuah.

Wala menghela nafas sebal. Kenapa buahan yang di suka harus ada musimnya? Kenapa tidak berbuah selalu seperti pisang atau kelapa gitu.

Sial

Sial

Senyuman Wala pudar seketika melihat objek di depannya. Ternyata yang di katakan Zana kemarin memang benar, cowok yang selalu dia kejar ini ternyata sudah ada pawangnya. Sad bangat kisah percintaannya.

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang