20

19 5 0
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

Pagi-pagi sekali langkah kecil itu membuka pintu dari pahatan kayu mahal. Gadis cantik berponi itu menarik nafas sebelum masuk kedalam rumahnya. Dia sudah rindu dengan suasana sunyi rumah, di sana hanya terdengar tangisan memilukan dari orang-orang lain membuat dia muak dan merindukan suasana damai sunyi ini.

Barangnya masih tertata rapi mungkin sedikit berdebu, hari ini gadis itu memilih istirahat dulu mungkin besoknya bakalan beres-beres menyingkirkan debu.

"Lapar," lirihnya mengelus perut ratanya.

Padahal sebelum pulang dia sudah makan nasi dulu. Tapi kenapa pas sudah di dalam rumahnya ini rasa lapar datang lagi.

Semoga saja ada bahan masakan yang bisa ia olah.

"Cuma gini doang?" Wala menatap tidak percaya isi kulkasnya yang hanya berisi sebotol sosis.

Terpaksa hari ini Wala harus makan sosis dengan nasi. Mana tidak ada cabe lagi, malas sekali keluar membeli bahan masakan lainnya. Tidak papa, segini dulu.

"Sampai lupa isi kulkas lagi. Ah, malangnya!"

Tangan pucat itu mengambil sebotol sosis yang berada didalam kulkas dua pintu itu. Wala mulai membuka bungkusan sosis tadi dan memasaknya. Hanya menggoreng saja di taburi bon cabe level 30.

Memang tadi Wala tidak melihat sebutir cabe, tapi ketika ia membuka rak diatas yang berisi peralatan dapurnya gadis itu menemukan sebungkus bon cabe level 30 yang masih itu. Untung ada pelengkapnya.

Setelah masakan sederhana Wala jadi, Wala beralih dari sana menuju magic com. Ternyata nasi tidak ada, terpaksa lagi Wala masak dulu.

Hanya menunggu sebentar saja bukan? Iya, sebentar.

Setelah menunggu beberapa menitan, akhirnya Wala dapat mengisi kembali perutnya. Hanya dengan nasi putih dengan lauknya sosis goreng bon cabe hari ini.

Wala melahap habis masakannya, ternyata bakat memasaknya masih ada walau lama tidak ia keluarkan. Wala lebih sering memakan makanan instan dari pada memasaknya sendiri. Padahal lebih bergizi masakan yang kita buat. Tapi yang namanya Wala terlalu malas buat masak.

"How delicious. Bisa juga nih bukak rumah makan." Puji Wala ke makanan yang dia buat sendiri.

Terlintas ide buat bangun rumah makan sendiri. Tinggal masak terus jual dapat deh duit. Itu pikiran singkat Wala. Padahal uangnya tidak bakalan habis kalo di bawah royal.

Paman jauhnya selalu mentransfer uang bulanannya. Beberapa juta siap masuk ke rekening Wala.

"Kenyangnya." Wala mengusap-usap perutnya yang mulai memuncit karena kekenyangan.

Setelah duduk sebentar buat mengistirahatkan perutnya Wala berdiri dari duduknya membereskan sisa-sisa tadi.

Piring dan gelas yang sudah kotor itu Wala angkat menuju ke dapur lagi. Setelah tiba di sana Wala segera mencuci kedua benda mati itu. Wala tidak mau menumpuk cucian piring kotor, itu sangat merepotkan.

"Selsasi juga." Wala menepuk kedua tangannya yang baru saja ia bersihkan.

"Waktunya nyantai."

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang