16

24 6 0
                                    

Selamat membaca
Tinggalkan jejak
.
.

Hujan menemani kesepian, guntur diatas langit sedang menari indah. Tidak ada kehidupan diluar sana jika sang titisan air mata langit menguyur deras daratan bumi ini.

Kumpulan asap harum ia hirup-hirup, sungguh momen langkah sekali bagi sebagian orang yang bisa menikmati suasana dingin sendirian.

Sedari subuh tadi hujan tidak berhenti turun, terpaksa sekolah hari ini diliburkan. Senyuman bahagia semua siswa yang mendapatkan pengumuman itu tidak bakalan hilang.

Sedikit bersyukur bahwa hari Senin ini sedang hujan, tidak repot-repot mereka berjemur kepanasan di depan tiang bendera.

Wala yang dari tadi menikmati kopinya terhanyut dalam kebingungannya. Cuaca diluar sana sangat dingin membuat ia susah mencari makanan. Rencananya setelah mendengar pengumuman sekolah diliburkan Wala berniat membuat makanan yang sangat cocok dengan suasana dingin ini.

Apa boleh buat, Wala lupa mengisi stok bahan masakannya. Ya terpaksa tahan dulu. Mau keluar juga malas, dingin gini siapa yang mau bertahan?

Notif di hpnya membuat mata cantik itu terbuka. Pesan dari grup tertera dilayar hp Wala.

BEBAN ORANG TUA

CITA
Kerumah gue yok! Nyokap bokap gue lagi gak dirumah sekarang, pas bangat nih.

NANA
Ya, dingin bangat ih. Mau beku badan gue, Cok!

CITA
Makanya main ke rumah gue, masak-maska kita disini. Kapan lagi ngumpul pas hujan begini.

Benar juga sih, lagian mereka cuma ngobrol pas sekolah aja. Kalo diluar mereka sangat jarang berinteraksi contohnya saat ini. Cuma lewat hp doang, ketemu juga jarang.

ZANA
Gue iya-iya aja.

NANA
Yaudah, gue juga ikut. Tapi bahan-bahannya lo sedian ya, Cit.

CITA
Sip! Aman tuh. Lo juga harus ikut, Wal. Jangan cuma liatin doang nimbrung juga sini lo!!

WALA
Jemput ya. Lagi malas nyetir gue

CITA
Yaudah ntar gue jemput sekalian beli bahan-bahannya. Siapa-siapa gih, ini mau otw!

WALA
Okey

Setelah memberikan ponselnya Wala berlalu dari kegiatan santainya. Pakaian apa yang cocok buat cuaca saat ini? Nah Wala mendapatkan pakaian hangat yang sangat cocok buat dibawah keluar.

Walau nanti perginya dengan mobil tetap saja akan terasa dingin.

Setelah bersiap-siap Wala melangkah turun dari kamarnya dan menunggu Cita yang akan menjemputnya.

Tidak selang lama terdengar klakson mobil yang bisa ditebak itu Cita. Wala segera meraih ponselnya dan melangkah kearah luar.

Tebakannya benar.

Cita membuka sedikit kaca mobilnya dan melambaikan tangan menyuruh Wala segera masuk. "Ayok, Wal!"

"Bentar! Ngunci pintu rumah dulu."

Setitik Harapan : 365 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang