37. Radeva Pradipta Yasa

3 1 0
                                    

"Ana, Ani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ana, Ani. Kalian adalah adik-adik yang sangat Kakak cintai," ujar Radeva dengan suara lembut, seraya meraih tangan kedua adiknya dengan erat. Sorot matanya senantiasa dipenuhi dengan kasih sayang dan ketulusan. "Kakak ingin selalu menjaga kalian, memastikan kalian aman dan nyaman dalam lindungan Kakak, tanpa perlu memikirkan hal-hal serius atau bertarung dalam situasi yang berbahaya."

Anashera dan Andhira duduk dengan penuh perhatian saat kakaknya meminta untuk mengadakan pertemuan sehari sebelum kepergian kedua adik kembarnya. Setiap kata yang keluar dari mulut Radeva terasa berat, mencerminkan betapa sulitnya bagi sang kakak untuk merelakan kepergian adik-adik yang di matanya masih terlalu kecil untuk menghadapi kerasnya dunia luar. 

Anashera yang selalu memperlihatkan ketenangan, seperti biasa mendengarkan setiap perkataan sang kakak dengan penuh perhatian. Sejujurnya, jauh di dalam lubuk hatinya sendiri, dia juga turut merasakan kesedihan karena harus meninggalkan sang kakak seorang diri di rumah besar ini. Kakak yang hidupnya hanya didedikasikan untuk adik-adik perempuan kesayangannya, justru dipaksa untuk merelakan adik-adiknya untuk pergi, jauh dari pandangannya. Sungguh situasi yang rumit dan cukup berat untuk Radeva hadapi.

Namun, Anashera menyadari bahwa dia tidak punya pilihan lain. Takdir sebagai gadis suci yang menjaga keseimbangan dunia telah memanggilnya. Kekuatan suci yang dimilikinya bukan hanya untuk satu kaum, tetapi untuk seluruh umat yang percaya pada Sang Hyang Tunggal. Oleh karena itu, Anashera tidak bisa mengabaikan panggilan suci tersebut hanya karena perasaan pribadi. Meskipun berat, ia harus melangkah maju, memenuhi tanggung jawab yang telah ditetapkan untuknya, karena itulah alasan dari kelahirannya di dunia ini.

Jika Anashera merasakan sedikit kesedihan, karena harus meninggalkan tanah air tercinta yang telah menjadi tempat kelahiran dan tempatnya bertumbuh hingga dewasa, hal itu tidak berlaku pada Andhira. Andhira terlihat begitu bersemangat, Tidak ada sedikit pun ruang untuk keraguan dalam hatinya, karena jalan untuk menempuh impiannya sebagai seorang ksatria telah terbuka lebar di depan mata, dan dia tidak akan pernah melepaskan kesempatan ini begitu saja.

Ceramah dan nasehat Radeva masih terus berlanjut. Ia mengingatkan adiknya untuk senantiasa berpegang pada nilai-nilai kebaikan yang telah mereka pelajari selama ini. Di manapun mereka berada, mereka tidak boleh menanggalkan dasadarma yang telah mereka pelajari sebagai seorang bangsawan, seperti kejujuran, keadilan, kebaikan saling tolong-menolong, dan lan sebagainya. Hendaknya pula, setiap pengalaman, baik itu menyenangkan atau sulit sekalipun, mereka harus menyikapinya dengan bijak, karena pengalaman adalah guru terbaik.

Keduanya masih setia mendengarkan dengan seksama, meresapi setiap kata yang diucapkan Radeva. Mereka tidak merasa risih sama sekali. Justru, nasehat yang diberikan oleh sang kakak, membuat mereka senantiasa kuat dan percaya bahwa mereka masih punya tempat untuk pulang. Radeva adalah sosok satu-satunya yang saat ini menjadi wali pengganti dari kedua orang tua mereka yang sudah lama tiada.

"Kalian adalah bagian dari keluarga dan juga desa ini. Jangan lupakan asal-usul kalian. Kenali dan hormati akar budaya kita, karena itu akan membentuk identitas kalian. Jangan pernah lupakan kekuatan doa dan selalu berpikir bijaksana dalam menghadapi setiap situasi. Ingatlah, kalian tidak sendiri. Keluarga ini selalu menyemangati kalian dari belakang."

SELENOPHILE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang