56. Hutan Larangan

6 1 0
                                    

Dengan menggunakan kemampuan teleportasinya, Kirana dan Mita tiba tepat di makam palsu Chandra, lokasi yang ditentukan dari titik koordinat yang Kirana pasang saat terakhir kali singgah ke tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan menggunakan kemampuan teleportasinya, Kirana dan Mita tiba tepat di makam palsu Chandra, lokasi yang ditentukan dari titik koordinat yang Kirana pasang saat terakhir kali singgah ke tempat ini.

Alasan mengapa Kirana tidak bisa langsung memasuki hutan karena dia belum pernah ke sana sebelumnya. Oleh sebab itu, dia tidak tahu gambaran apa yang bisa ia bayangkan untuk dijadikan titik koordinat dari tujuannya.

Begitu sampai, mata Kirana segera tertuju ke arah selatan. Di sanalah, aura gelap yang semalam hanya berupa bayangan samar kini semakin nyata, seperti pusaran kekuatan yang berdenyut di balik pepohonan.

Berdiri tegap, Kirana memusatkan pandangannya ke dalam hutan yang gelap. Tekadnya yang kuat terpancar di balik tatapan mata yang tajam, seolah mampu menembus bayang-bayang pekat yang menyembunyikan sesuatu di dalam sana.

"Kalian yang bersembunyi, keluarlah!" seru Kirana, nada suaranya tegas, memecah keheningan malam yang mencekam.

Beberapa sosok berjubah hitam mulai muncul, berjalan perlahan keluar dari persembunyiannya. Mereka adalah prajurit bayangan yang tersisa, orang-orang setia yang ditugaskan mengawasi dan menjaga Kirana selama Zayne pergi bersama prajurit terpilih dalam misi mencari tahu apa yang tersembunyi di dalam hutan itu.

Mengingat kejadian saat Kirana hampir diserang oleh makhluk seperti mayat hidup saat tiba di Arutala untuk pertama kalinya, maka Zayne memutuskan untuk meninggalkan beberapa dari prajurit bayangan untuk tetap tinggal di sisi Kirana.

Sosok-sosok dengan wajah yang tertutup rapat itu, berlutut dengan sikap hormat di hadapan Kirana, siap menerima perintah.

Kirana memandang mereka satu per satu, memperhatikan mata-mata yang bersinar penuh tekad di balik topeng yang penuh misterius itu.

"Hutan yang akan kita masuki ini adalah tempat yang berbahaya," katanya dengan suara serius. "Berpencar bukan pilihan. Kita tetap bersama, fokus mencari Zayne dan yang lainnya. Kita tak bisa membiarkan lebih banyak orang menghadapi bahaya."

Setelah memastikan formasi siap, Kirana dan pasukannya bergerak memasuki hutan yang menjulang dengan bayangan pekat membungkus setiap inci tanah. Pepohonan yang menjulang tinggi di sana, seakan memiliki mata yang mengawasi dari kejauhan. Membuat Kirana dan para prajuritnya harus selalu berada dalam mode waspada, bersiap-siap terhadap segala kemungkinan bahaya yang datang.

Di tengah ketegangan yang menyelimuti sepanjang jalan setapak, pandangan Kirana tiba-tiba terpaku pada sesuatu di kejauhan.

Di antara rimbun pepohonan, berdiri sebuah menara yang menjulang tinggi, diselimuti oleh kegelapan pekat, memancarkan aura asing seolah menjadi pusat dari seluruh misteri hutan ini. Tanpa sadar, Kirana merasakan sebuah daya tarik yang begitu kuat mengarah pada menara tersebut, membangkitkan perasaan aneh di hatinya.

"Apakah memang ada menara di hutan ini?" tanya Kirana pada yang lainnya.

"Aku tidak melihat apa pun, Kirana." Mita menanggapi dengan wajah bingung dan ragu.

SELENOPHILE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang