51. Lembah Tumasik

4 1 0
                                    

Kirana tak bisa mengabaikan firasat yang menyelimuti dirinya begitu mendengar nama Lembah Tumasik. Ada sesuatu yang terasa mengganjal di balik sebutan tempat terkutuk itu, seolah-olah tempat tersebut menyimpan rahasia yang jauh lebih dalam dari sekadar legenda. Pikiran Kirana berputar cepat. Jika makam Chandra memang berada di sana, dan jika tempat itu dikatakan berbahaya serta tak terjamah manusia, tentu itu adalah tempat yang sempurna untuk menyimpan sesuatu yang berharga—atau bahkan sangat berbahaya.

Kirana akhirnya memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang sejak tadi mengusiknya. "Yang Mulia. Apakah hanya ada makam sahabat Yang Mulia yang dikebumikan di tempat itu? Di Lembah Tumasik?"

 Dara menatap kosong, bayang-bayang kesedihan menutupi wajahnya. Setelah menghela napas panjang, dia mengangguk pelan, seperti mengingat kembali masa lalu yang kelam. "Ya, hanya Chandra yang dikebumikan di sana," jawab Dara lirih, suaranya diliputi kedukaan.

"Mengapa hanya dia yang dimakamkan di sana?"

Raut wajah Dara semakin berat, seolah menahan perasaan yang lama terpendam. Bibirnya bergetar sebelum ia akhirnya berkata dengan suara serak, "Aku tidak tahu harus mulai bercerita dari mana, Nona Kirana."

"Jika Yang Mulia tidak bisa. Maka tidak perlu memaksakan diri. Saya paham, pasti cukup berat bercerita tentang seseorang yang sangat berarti bagi kita. Saya pun pasti akan merasakan hal yang sama. Tapi, ada baiknya Yang Mulia juga bercerita, untuk mengurangi beban di hati Yang Mulia. Yang Mulia tak perlu khawatir, saya adalah utusan Tuhan. Sudah tugas saya untuk mendengarkan keluh kesah hamba-Nya. Saya akan membantu jika saya bisa membantu, dan rahasia Yang Mulia akan selalu aman bersama saya."

Dara tak langsung menjawab. Matanya menatap ke luar jendela besar di belakang Kirana, seolah sedang menerawang peristiwa yang terjadi jauh di masa lampau.  

"Chandra ... dia adalah korban dari pemberontakan yang terjadi lebih dari setahun yang lalu. Dia dikhianati oleh orang terdekatnya sendiri melalui pemberontakan yang mengatasnamakan revolusi perubahan. Di hari itu, seluruh anggota kerajaan dibantai, termasuk sahabatku, Chandra. Dia dihukum atas dosa yang bukan miliknya, dan Lembah Tumasik menjadi tempat pengasingannya setelah kematian."

Kirana tercekat mendengar cerita Dara yang terdengar begitu mengerikan. Dia bisa membayangkan betapa hancur dan kecewanya Chandra atas apa yang terjadi—tidak hanya pada dirinya, tetapi juga pada keluarganya yang dibantai habis oleh para pemberontak. Bahkan jika Chandra benar-benar meninggal dalam insiden itu, betapa malangnya ia karena harus dikuburkan di tempat terkutuk itu seorang diri. Sungguh tidak habis pikir. Kirana tak pernah menyangka bahwa kehidupan Chandra ternyata memiliki nasib yang begitu tragis.

Chandra yang Kirana kenal adalah sosok yang selalu memberikan kekuatan ketika ia lemah, menjadi pendamping dalam kesendirian, dan selalu ada saat ia membutuhkan. Kirana tak pernah menyadari seberapa berat penderitaan yang dibawa oleh jiwa itu seorang diri.

Tiba-tiba saja, tekad untuk segera menemukan raga Chandra semakin menguat. Kirana tahu bahwa bukan saatnya untuk berdiam diri. Dia harus segera mencari keberadaan Chandra dan menyelamatkannya. Setidaknya, hanya itu yang bisa Kirana lakukan untuk menebus semua pengorbanan Chandra untuknya selama ini.

"Kita harus pergi ke sana, Yang Mulia!" seru Kirana tiba-tiba, membuat Dara terkejut.

"Nona Kirana, kau mengagetkanku saja. Sebenarnya, kenapa kau tiba-tiba bersemangat seperti itu?" tanya Dara dengan jantung yang berdebar.

Kirana terdiam sejenak, mencari alasan yang bisa ia ucapkan tanpa terdengar terlalu terobsesi. Akhirnya, dengan suara lebih lembut, ia membuat alasan. "Setelah mendengar cerita Yang Mulia, saya tahu betapa berat penyesalan yang Yang Mulia miliki. Saya ingin membantu Yang Mulia untuk setidaknya mendoakan sahabat Yang Mulia. Apalagi, Chandra adalah seseorang yang sangat berharga dan berarti bagi Yang Mulia. Saya percaya, jika kita berdoa di hadapan makamnya, beban Yang Mulia akan sedikit terangkat. Selain itu ...." Kirana menahan napas sesaat sebelum melanjutkan, "Sama seperti Yang Mulia, saya juga punya seseorang yang sangat berharga dalam hidup saya. Seseorang yang selalu ada untuk saya, yang telah melalui banyak hal bersama saya. Seseorang yang, jika ia membutuhkan pertolongan saya, saya pun akan melakukan apa saja untuk menolongnya."."

SELENOPHILE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang