⚠️Peringatan : Cerita ini mengandung adegan kekerasan yang mungkin tidak sesuai untuk sebagian pembaca. Disarankan untuk pembaca yang berusia 18 tahun ke atas. Pembaca yang merasa tidak nyaman dengan konten semacam ini diharapkan bijak mempertimbangkan sebelum melanjutkan.⚠️
=======
Jangan lupa vote, sebelum lanjut baca yaaa. Sebagai bentuk apresiasi buat Author, supaya tetap menyala🔥🔥🔥
***
Gesekan suara daun-daun yang berdesir dan langkah tergesa seorang gadis muda menjadi harmoni di tengah kesunyian malam kala itu.
Dia terus berlari melewati semak belukar dan rerimbunan pohon yang menghalangi pandangan mata. Hanya sinar rembulan yang menjadi pemandu di tengah kegelapan malam yang pekat. Dia terjebak di tengah hutan rapat tanpa jalan keluar yang jelas.
Setiap tarikan napasnya semakin terasa berat seiring dengan denyut jantung yang berdebar-debar seakan hendak keluar dari rongga dada. Kaki lemah yang sudah terasa lelah terus dipaksa berlari, melewati akar-akar pohon dan bebatuan tajam. Dia tidak boleh berhenti meski hanya sesaat.
Namun, takdir berkata lain. Sekelompok prajurit tiba-tiba muncul dari bayang-bayang pepohonan. Tidak ada tempat untuk bersembunyi lagi bagi gadis bernama Pitaloka itu. Dia melihat sekelilingnya dengan panik, berharap menemukan celah untuk melarikan diri. Namun, harapan itu sia-sia. Dia kini terkepung.
Seorang pria muncul di antara prajurit, wajahnya terhalang oleh topeng baja. Matanya menatap Pitaloka dengan dingin.
"Pitaloka." Suaranya terdengar berat dan mengintimidasi. "Datanglah padaku dengan sukarela atau kau akan mati di tanganku."
Pitaloka menelan ludah, mencoba menahan ketakutannya. Tangan yang gemetar mencengkeram seutas akar pohon. Dia merasakan keputusasaan yang mendalam, namun harga dirinya sebagai seorang bangsawan membuatnya tidak menyerah begitu saja.
"Aku enggan mengikutimu, pengkhianat. Lebih baik aku mati," maki Pitaloka dengan wajah penuh amarah dan kebencian yang meluap-luap.
Perkataan Pitaloka berhasil menyulut amarah pria bertopeng baja yang telah lama menaruh hati padanya itu. Amarah itu tidak sebanding dengan perasaan terhina yang dilontarkan oleh Pitaloka, hingga membuatnya menjadi gelap mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELENOPHILE (ON GOING)
Fantasi{ TERINSPIRASI BOLEH, PLAGIAT JANGAN YAA! } === TINGGALKAN JEJAK DI KOMEN, JIKA MAU VOTE & FEEDBACK ^_^ === #1 Selenophile (per November 2024) **** Kirana, seorang gadis dengan trauma besar akibat kecelakaan yang menghantamnya saat masih kecil, tern...