typo
–––––sekarang tubuh balita itu sudah berada di gendongan sang dady. menangis dengan kencang sampai pukulan pada pantatnya membuat dia berhenti menangis.
"astaga.... jangan seperti itu, kasian dia, bapak tidak kasihan? dia masih kecil jadi wajar kalau ingin bermain, bapak jadi orang tua harusnya mengerti!"
gevano tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di depannya. kenapa harus dengan kekerasan bukankah dia bisa berbicara dengan nada yang baik dan lembut. toh anaknya juga tidak nakal
pria di depannya menatap remeh ke arah gevano dengan senyum smirk yang menghiasi wajah tampannya.
"memang kamu siapa, berani sekali meninggikan nada bicaramu dengan saya"
"hiks.. mau buna Dady" naren terus berontak dalam gendongan dadynya meminta untuk turun.
gevano sebenarnya tidak tega melihat naren yang terus menangis, tapi apa daya dia bukan siapa siapa di sini.
"lepacin Dady, nalen mau buna hiks.. buna~ " rancau naren dalam gendongan dadynya.
"diam naren!!" bentaknya membuat mau tidak mau naren harus menurut.
"kamu benar benar tidak punya otak, di mana otakmu sebagai orang tua? apa setiap hari kau selalu memperlakukan anakmu seperti ini? sangat buruk kamu orang tua yang buruk!" ujar gevano panjang lebar.
"saya tidak perduli dengan omongan mu sialan! dan tutup mulut sampah mu itu dia tanggung jawab saya mau saya bunuh sekalipun di urusan saya"
meninggalkan gevano yang masih mematung mendengar ucapan pria itu. dia tidak habis pikir mengapa anak semanis itu harus berurusan dengan orang tua brengsek sepertinya.
menghela napas lalu kembali berjalan, dia memilih pulang ke rumah karena hari sudah mulai terik. badannya juga sangat lelah sekarang.
gevano tinggal di rumah sendirian karena sudah tidak memiliki siapa siapa lagi. di saat dia ingin menumpahkan keluh kesahnya tidak ada satu orangpun yang mau mendengar ceritanya.
"hufftt.... kapan hidup aku berubah aku capek" tidak terasa air mata keluar membasahi pipinya.
sungguh dia sudah lelah dengan keadaan yang sedang di alaminya sekarang. tidak ada pekerjaan yang menerima nya.
di rumah mewah, kini balita itu masih menangis dengan kencang. Kalingga yang jengah dengan tangisan anaknya memijat pangkal hidung nya.
istrinya sudah meninggal karena melahirkan Narendra. tapi Kalingga tidak menyalahkan anaknya, itu karena takdir yang sedang tidak berpihak kepadanya.
"diam oke Dady pusing... naren mau ke rumah grandma?" tanya dengan lembut
"mau buna Dady.... hiks... Dady jahat!"
"dia bukan buna kamu naren, dia orang asing yang bahkan kehidupan nya saja kamu tidak tahu, nurut sama Dady atau Dady akan marah!" ancamnya tapi naren tetap menangis dan meminta untuk membawa bunanya kesini.
menghela napas jengah "baiklah, tapi kamu harus diam oke" finalnya
naren yang tadinya menangis langsung terdiam dan menatap wajah dadynya dengan wajah yang berbinar.
"Dady celius tan? nda bohong tan?"
"tidak sayang tapi kamu jangan menangis lagi mengerti?"
naren hanya mengangguk kepalanya antusias lalu mengecup pipi dadynya singkat.
tidak Kalingga tidak menghubungi gevano dia hanya mengelabui anaknya supaya diam, dan benar saja sekarang dia berhenti menangis dan sekarang tertidur pulas.
mentari pagi menyapa indra penglihatan gevano pemuda itu bergegas bangun dan menuju kamar mandi.
selesai mandi dia tidak lupa juga menggunakan baju, setelan selesai dia keluar dari rumah untuk mencari pekerjaan kembali.
"ayo jangan menyerah kali ini pasti dapat" ujar pria itu meyakinkan dirinya sendiri
sampai di depan toko roti dia melihat kalau di sana sedang membutuhkan lowongan pekerjaan, gevano langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"permisi, apa benar di sini ada lowongan pekerjaan" tanya nya dengan sopan
pria di depannya tersenyum "benar, kebetulan boss sedang membutuhkan karyawan baru"
gevano tersenyum lalu mengangguk, oh tuhan akhirnya dia mendapatkan pekerjaan juga.
"saya ingin melamar menjadi karyawan di sini"
lelaki di depannya tampak terdiam menatap dalam wajah gevano membuat yang di tatap tidak nyaman dan risih.
"baiklah, kau bisa bekerja sekarang juga"
"baik, terima kasih" membungkuk sopan lalu pria di depannya pergi dari hadapan nya.
-
-
-
-
-
-"buna mana Dady tatanya mau bawa cini" ujar anak itu yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"kata buna dia sibuk sayang, sudah naren berangkat sekolah nanti terlambat"
"heum... tapi nalen mau buna" ujar nya dengan wajah yang menunduk lesu bibir melengkung ke bawah siap untuk menangis.
"naren" ujar Kalingga dengan suara berat pertanda kalau ucapannya tidak mau di bantah
"nalen belantat Dady"
"belajar yang benar" mengusak surai anaknya lalu berangkat ke kantor.
naren berangkat dengan di antar oleh supir pribadi nya, bahkan Dady nya saja tidak pernah mengantar dia pergi ke sekolah.
anak itu iri kepada temannya yang lain yang selalu di antar oleh orang tua mereka, tidak dengan naren dia harus berangkat dengan sopir.
tbc.
vote dan komennya jangan lupa yaa. oke see you...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐌 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐀𝐍𝐀𝐊 𝐒𝐀𝐓𝐔 (ʙʟ) ||End
Romancegevano Sagara anggarta pemuda manis yang hidup sebatang kara, karena ditinggal oleh kedua orang tuanya dia harus mencari pekerjaan untuk kebutuhan sehari-hari. • • • "hiks... cakit" anak kecil yang menabrak pemuda itu menangis membuatnya panik. "hei...