Lima hari kemudian.
Hari ini adalah akhir pekan. Di dalam kamar, Raizelin termenung memikirkan tentang janji dengan Matias. Haruskah dia membatalkan janjinya untuk bertemu dengan pemuda itu? Tetapi jika seperti itu, sama saja dengan dia mengingkari janji.
Raizelin menghela nafas pelan, dia juga memikirkan kata-kata peringatan dari Taz, untuk menjaga jarak dengan Matias.
Setelah lama berpikir, dia memutuskan untuk menepati janjinya.
"Maafkan aku Taz. Tetapi aku harus menepati janji-ku dengan Senior Matias." Raizelin bergumam pelan.
Suara ponsel berdering membuat Raizelin tersentak kaget, dia mengalihkan pandangannya pada benda tersebut. Dia tersenyum lebar begitu nama Milestone tertera. Tanpa berpikir panjang, dengan semangat dia mengangkat panggilan tersebut.
[ Hallo, Tuan muda. ]
[ Apa yang sedang kau lakukan? ]
[ Tidak ada. Aku hanya melamun saja. ]
[ Apa kau masih memikirkan teman-mu itu? ]
Raizelin tertegun sejenak. Meski pun Milestone berbicara melalui telepon, tetapi dia bisa merasakan nada bicara pemuda itu terasa dingin dan terdengar tidak begitu baik.
Raizelin menelan ludah, lalu menjawab dengan sedikit gugup, [ Ya. Aku hanya merindukannya. ]
[ Kenapa kau selalu memikirkannya? Aku tidak menyukai itu! ]
Raizelin tersentak, mendengar nada tidak suka Milestone. Dia berdehem pelan, lalu berkata dengan asal, [ Aku merindukan-mu Tuan muda. Aku ingin bermain seperti saat kita masih kecil. ]
[ ... ]
Raizelin menepuk pelan keningnya saat menyadari kata-katanya.
Kemudian dia menggigit bibir bawahnya, menunggu tanggapan pihak lain. Tetapi ...
Dia langsung mengerutkan alisnya begitu tidak mendengar tanggapan pemuda itu. Lalu dia memeriksa ponsel, dia mengira sambungannya terputus, tetapi ternyata masih terhubung.
[ Tuan muda? ] Raizelin memiringkan kepalanya. Dia semakin mengerutkan alisnya begitu mendengar suara kekacauan di dalam telepon. Dia kemudian bertanya dengan ekpresi khawatir, [ Tuan muda, apa yang terjadi?! ]
[ Tidak ada. Aku akan pulang cepat. Jadi, jangan pergi kemana pun tanpa seizin dariku dan Tunggu aku! ]
Raizelin mendengus pelan, [ Aku mengerti. Mn ... Tuan muda, apa yang sedang kau lakukan? ]
[ Aku sedang bekerja. ]
Raizelin cemberut, [ Baiklah. Aku akan menunggu-mu. Sampai jumpa. ]
[ Mn. ]
Tanpa berpikir panjang, Raizelin langsung menutup sambungan tersebut.
Di sisi lain, Milestone menaikan salah satu alisnya begitu pemuda mungil itu langsung menutup panggilannya. Dia menghela nafas berat, kemudian menarik sudut bibirnya ketika mengingat kata-kata Raizelin, bahwa pemuda mungil itu ingin bermain permainan seperti saat mereka kecil.
Itu artinya permainan mereka adalah sepasang suami istri.
"Tunggu aku istriku. Aku akan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat."
Tidak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar.
"Masuk." Wajah Milestone berubah dengan cepat menjadi tanpa ekspersi. Tanpa melirik, dia berkata dengan dingin, "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Terobsesi Dengan Pemuda Desa (Tamat)
Teen FictionRaizelin Maritimia merupakan seorang pemuda desa dengan sub-gender Omega dominan. Dia tidak memiliki ketertarikan terhadap Alpha mana pun. Dia hanya ingin berpasangan dengan seorang Beta, karena menurutnya Beta yang bisa membuat dia merasa nyaman, s...