Bab 18 : Tuan muda sudah tidak bisa menahan diri

15.6K 1.2K 58
                                    

Hari ketiga dan keempat Raizelin heat. Milestone masih bisa menahan diri dengan cara seperti biasanya melakukan tindakan memainkan miliknya. Tetapi kali ini pemuda itu melakukannya di rumah Raizelin tepatnya di ruangan tengah sambil mengusap celana dalam milik pemuda mungil itu pada miliknya.

Setelah melakukan tindakan tersebut dalam sepuluh menit. Milestone menghela nafas berat dan menyandarkan punggungnya pada sofa, lalu memejamkan matanya sejenak.

Aroma feromon Raizelin masih tersebar di ruangan. Aroma feromon pemuda mungil itu tidak hanya membangkitkan hasrat seksualnya tetapi juga bisa menenangkan pikiran sehingga dia merasa nyaman dan tenang.

Suara ponselnya berbunyi membuat dia membuka matanya perlahan. Kemudian dia mengambil benda tersebut. Mendengus dingin begitu melihat siapa yang menelepon.

Dia segera mengangkatnya dan berkata dengan keras, [ Ada apa?! ]

[ Big brother, kenapa kau tidak datang ke kampus? Apa yang terjadi? Tida- ]

[ Bukan urusanmu! Jika hanya ini yang ingin kau katakan, lebih baik tutup teleponnya! ] Milestone meraung marah.

[ Wow big brother, ada apa denganmu? Baru kali ini kau berbicara dengan kalimat panjang. ]

Mendengar hal tersebut, membuat wajah pemuda tinggi itu menjadi lebih buruk. Tanpa berpikir panjang dia langsung menutup panggilannya dan melempar benda tersebut.

Kemudian Milestone melirik arlojinya. Dia mendengus dingin setelah melihat benda tersebut, yang masih menunjukkan pukul satu siang.

Dia menghela nafas pelan dan bergumam, "Kapan kau selesai? Aku menunggumu."

Dia merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Lebih baik dia tidur siang terlebih dahulu.

......

Di dalam ruang kelas. Matias termenung memikirkan tentang Raizelin. Kenapa pemuda mungil itu masuk ke dalam lemari dan tidak kunjung keluar? Apa yang terjadi? Terlebih pemuda itu tidak mengangkat panggilan dan membalas pesannya.

Dan bahkan pemuda mungil itu tidak datang ke kampus sudah dua hari.

Matanya membulat begitu dia mengingat sesuatu. Kenapa dia tidak menanyakan kepada teman-temannya? Mungkin teman pemuda mungil itu mengetahui apa yang terjadi padanya.

Setelah memikirkan hal tersebut. Dia kembali fokus pada materi.

Pada pukul lima sore. Matias sudah berada di depan kampus menunggu teman-teman Raizelin. Dia bahkan melewatkan kegiatan latihan volinya.

Tersenyum lebar begitu melihat teman-teman pemuda mungil itu sudah terlihat. Dia segera turun dari motornya dan menghampiri mereka.

"Permisi."

Taz dan Serena sedikit terkejut ketika senior Matias menghadang mereka.

"Oh senior. Ada apa keperluan apa? Apa kau mencari Raizelin?" Kata Taz dengan wajah ceria.

"Ya. Apa kau tahu kemana dia? Dia tidak mengangkat panggilan dan pesanku." Matias tertawa canggung sambil mengusap belakang lehernya.

"Raizelin izin selama seminggu. Kami tidak tahu dia izin kemana. Dia tidak memberitahu kami pun. Lagi pula kami pun di beritahu orang lain bahwa Raizelin izin selama seminggu." Serena menjawab.

"Ah. Kalau begitu terima kasih. Sampai jumpa." Matias langsung melenggang pergi begitu saja.

Kedua orang itu saling memandang satu sama lain. Kemudian Taz berkata, "Apa kau tidak merasa aneh kepada Raizelin dan Matias?"

Serena menggelengkan kepalanya, tidak mengerti arah pembicaraan pemuda itu.

Taz menghela nafas pelan, "Begini. Pertama saat aku menelepon Raizelin pada hari Sabtu untuk memberitahu pemuda itu bahwa Chico mengalami kecelakaan dan mengajaknya untuk menjenguk bersama. Tetapi pemuda itu langsung menutup teleponnya."

Tuan Muda Terobsesi Dengan Pemuda Desa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang