Bab 29 : Apa LinLin ingin menjadi Omegaku?

8.3K 761 20
                                    

"Fuck! Kenapa benda ini tidak mau bekerja sama denganku?!" Matias memukul mesin pencapit boneka.

Raizelin terkekeh geli, lalu dia berkata, "Senior, biarkan aku mencoba."

Matias langsung menatap Raizelin. Kemudian menunjukkan sebuah koin, "Tetapi, koinnya tersisa satu."

"Tak apa. Aku ingin mencoba saja."

"Apa LinLin belum pernah memainkan benda seperti ini?"

Raizelin menggelengkan kepalanya dengan senyuman.

Matias tersenyum lembar, dan memberikan koin tersebut, "Ini, semoga beruntung."

"Terima kasih."

"Sama-sama cantik."

Raizelin hanya tersenyum. Kemudian dia segera memainkan benda tersebut. Tidak butuk waktu lama, dalam beberapa detik terdengar suara kemenangan dari mesin tersebut.

"Lihat, aku menang!" Raizelin dengan semangat menunjukkan boneka serigala.

Dia langsung tertawa ringan begitu melihat ekspresi terkejut pihak lain. Dengan perlahan dia menutup mulut pemuda itu yang menganga, sehingga pihak lain langsung tersadar.

"Sangat beruntung." Matias berkata dengan nada sedikit kesal sambil memalingkan wajahnya.

Raizelin tertawa pelan ketika mendengarnya. Dia kemudian berkata, "Bagaimana? Apa hari ini sudah cukup atau tidak?"

"Tidak. Aku masih belum cukup berkencan dengan LinLin."

"Kalau begitu, jangan merajuk lagi. Mengerti." Raizelin mencubit pelan salah satu pipi pemuda tinggi itu.

Matias tertegun sejenak, dia langsung tersenyum lebar. Lalu berkata sambil menarik lengan Raizelin, "Ayo, kita abadikan moment ini."

Raizelin mengerutkan alisnya, dia hanya pasrah ketika pemuda itu menarik dan membawanya entah kemana lagi.

Pada saat ini, keduanya berada di pusat perbelanjaan, di area game center. Setelah makan malam di restoran yang menyatu dengan alam, Matias langsung mengajaknya ke pusat perbelanjaan dan membelikan beberapa barang mahal di tempat tersebut.

Pada awalnya Raizelin ingin menolak. Tetapi pihak lain memaksa dan dia hanya bisa menerima saja.

"Apa ini?" Raizelin memiringkan kepalanya ketika melihat sebuah mesin berukuran lumayan besar dan terdapat tirai untuk sebagai penutup. Di atas mesin tersebut tertulis photobooth.

"Ini adalah mesin foto instant. Mari kita masuk ke dalam." Matias langsung menarik pemuda mungil itu masuk ke dalam.

"Kenapa kursinya hanya ada satu?" Raizelin bertanya bingung.

"Memang seperti ini. Kemarilah." Matias menepuk pahanya menyuruh pemuda mungil itu duduk di pangkuannya.

Dengan polos Raizelin mengangguk. Kemudian dia duduk di pangkuan pihak lain. Matias menarik sudut bibirnya, kedua lengannya langsung memeluk pemuda itu dengan dagunya menempel dipundak.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Raizelin mengamati benda tersebut dengan wajah polos, dia tidak menyadari Matias memeluknya.

"Tekan tombol foto di sudut kiri bawah jendela, lalu tekan ambil foto." Matias menjelaskan sambil menelusupkan wajahnya pada leher Raizelin.

Raizelin mengangguk. Kemudian dia segera melakukan apa yang dikatakan Matias.

"Sudah. Apa selanjutnya?"

"Lihat saja."

Sepuluh menit kemudian. Ketika Raizelin keluar dari benda tersebut dia tertawa bahagia melihat hasil gambarnya.

Tuan Muda Terobsesi Dengan Pemuda Desa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang