Bab 00 : Prolog

34.2K 1.6K 49
                                    

Malam hari saat hujan deras, terlihat dua orang wanita dewasa tengah berbincang di depan gerbang sebuah mansion. Salah satu wanita yang tangan kirinya memegang sebuah payung, dan tangan kanannya memegang tangan seorang anak kecil, berkata pada wanita lainnya, "Kakak, aku akan menitipkan anak-ku padamu."

Wanita yang dipanggil kakak tersebut bertanya, "Apa kau akan mencari suami-mu di malam hari ini saat hujan deras seperti ini?"

"Ya. Aku tidak bisa menunggu dia terus menerus. Dia sudah lebih dari lima bulan tidak kembali atau pun mengabari kami. Aku takut terjadi sesuatu padanya."

"Jadi, kau datang ke kota hanya untuk mencari suami-mu?"

Wanita itu mengangguk dengan wajah sedih.

"Baiklah, tetapi kau bisa mencarinya besok pagi. Ini sudah larut malam dan sedang hujan, kau akan sakit nanti."

"Tidak masalah."

Kemudian wanita itu berjongkok dan memegang kedua pipi putranya sambil berkata lembut, "Sayang, ibu akan pergi sebentar mencari ayah-mu, dan membawa ayah kembali pulang. Jadi, untuk sementara kau bersama dengan bibi Livia."

Wajah anak kecil itu cemberut, dengan berkata, "Tapi, aku juga ingin ikut dengan ibu mencari ayah."

"Tidak bisa. Di luar sana sangat berbahaya, banyak orang jahat."

"Jika banyak orang yang jahat. Ibu tidak perlu pergi."

Wanita itu tersenyum lembut, tangannya terulur untuk mengusap kepalanya dengan lembut, "Bukankah, kau pernah mengatakan ibu adalah orang yang kuat?"

Anak kecil itu mengangguk dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Itu sebabnya ibu akan pergi. Tenang saja, ibu akan segera kembali. Bukankah putra ibu sangat baik? Jadi, biarkan ibu pergi mengerti?"

Anak kecil itu mengangguk. Kemudian memeluk wanita itu, dan berkata, "Baiklah. Tetapi, ibu harus berjanji akan pergi sebentar dan segera kembali dengan selamat."

Wanita itu membalas pelukannya dengan erat, "Ibu berjanji sayang."

Setelah keduanya berpelukan. Wanita itu kembali berdiri, dan menatap wanita yang bernama Livia, lalu berkata, "Baiklah, Kakak aku pergi."

Livia mengangguk sambil mengambil tangan anak kecil tersebut.

"Berhati-hatilah."

Wanita itu mengangguk. Kemudian dia menatap putranya, dan mengusap lembut kepalanya sambil berkata, "jangan nakal, oke."

Anak kecil tersebut mengangguk dengan wajah cemberut sambil memeluk erat boneka singa-nya.

Setelah itu, wanita tersebut melenggang pergi sambil melambaikan tangan, dan masuk ke dalam mobil taksi.

Livia menghela nafas panjang begitu melihat mobil tersebut sudah pergi. Lalu dia bergumam, "Kau sangat keras kepala Luna."

Kemudian dia berkata dengan lembut pada anak kecil tersebut, "Baiklah. Sayang, mari kita masuk. Kau pasti kedinginan. Bibi akan membuatkan-mu cokelat hangat."

"Tapi, bibi. Ibu bagaimana?" Anak kecil tersebut masih menatap pada jalanan.

Livia berjongkok dan tersenyum lembut, lalu berkata sambil memegang kedua tangan anak kecil itu, "Sayang, Ibu-mu hanya pergi sebentar. Jadi, kita menunggunya di dalam oke. Ibu pasti akan pulang bersama ayah."

Anak kecil tersebut terdiam.

Livia tersenyum tipis melihatnya, dia kembali berkata, "Bibi akan membuat makanan kesukaan-mu. Bukankah kau menyukai dimsum dan sosis bakar dengan saus tomat?"

Tuan Muda Terobsesi Dengan Pemuda Desa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang