II - midnight rain (wonki).

158 13 0
                                    

Deras hujan membasahi seluruh halaman depan yang amat hijau, jendela yang basah terkena percikan air hujan.

Udara yang terasa begitu dingin menyelimuti seluruh tubuh juan, ia menatap sekilas kearah jendela. Mengamati hujan yang turun begitu deras, pikirannya hanya tertuju pada seseorang yang ia celakai 2 tahun silam.

Begitu banyak pertanyaan yang memenuhi isi pikirannya, hati yang terasa hancur berkeping ketika mengingat wajah yang penuh belas kasihan terus berputar dalam bayangannya.

Kini juan sudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik jauh dari sebelumnya, namun hal itu mungkin berbanding terbalik dengan lelaki yang ia sayangi masa itu.

"Bagaimana kabarnya.."

Helaan nafas keluar dari mulut juan, kemudian menutup tirai jendela begitu ia bosan mengamati hujan diluar sana.

"Juan, aku dengan yang lain akan pergi ketempat itu. Ingin bergabung?" Tawar salah satu temannya.

Dengan berat juan mengiyakan tawaran tersebut, ia masih belum siap jika akan bertemu dengan ricky setelah sekian lama nya.

Ia tak siap jika perasaan itu kembali datang ketika mereka akan berpandang mata dan mengungkapkan perasaan mereka.

...

"Aku penasaran, apakah tempat itu masih tersisa atau justru sudah diperbaiki.."

"Memangnya ada manusia yang tersisa disana?"

Beberapa dari mereka tertawa selama perjalanan, membicarakan seseorang yang juan sangat rindukan.

Aku melihatnya, ricky..

Sekilas ia melihat seseorang yang berdiri membelakangi dirinya, tebakan miliknya harus benar karena juan merasa kalau lelaki yang berdiri disana memang lah ricky yang masih bertahan hidup di tengah kematian sang ayah.

"Kalian pergilah kesana, aku akan pergi ke bagian sini sendiri" perintah juan kepada rekannya.

"Kau yakin bisa sendiri? Perlukah aku bersamamu?"

Juan menggeleng kan kepalanya merespon tawaran temannya itu, ia berlanjut berjalan mendekati wilayah yang sempat ia melihat ricky berada.

Namun semakin juan mendekatinya, semakin tak terlihat pula keberadaan ricky. Hilang begitu saja, layaknya seorang pesulap menghilangkan barangnya.

"Aku yakin sekali kau disini ricky"

Semakin juan mengambil langkahnya, sekitar nya kini tak kian terdengar suara apapun. Bersisakan bunyi dedaunan yang terjatuh begitu saja ketika angin berhembus pelan.

Biarkan aku menemui sesaat..

Dimana kamu bersembunyi ricky..?

Tolong tampakkan dirimu, aku rindu.

Juan masih dengan hati-hati menelusuri tempat tersebut, ia benar-benar yakin tuan nya masih di tempat yang sama namun bersembunyi agar tak terlihat.

Kemudian ia berhenti tepat di salah satu semak-semak yang sudah hampir sama tinggi dengan dirinya, entah dorongan darimana yang membuat dirinya yakin kalau ada sesuatu dibalik semak tersebut.

Tangannya dengan perlahan menyingkirkan ranting-ranting yang bergeletak disana, ia masuk kedalam semak tersebut.

Dugaan nya memang benar, ada tempat yang tersembunyi dibaliknya. Dan yang lebih ia takjub lagi adalah, sang tuan tengah terduduk diam memejamkan matanya.

Rumah yang tak terlihat begitu layak, namun cukup untuk menjadi tempat tinggal ricky. Sudah 2 tahun lamanya ricky berdiam diri disana, begitu menjaga dirinya dengan begitu baik.

"Tuan.." dari kejauhan ia memanggilnya lirih.

Air mata nya seolah tertahan untuk jatuh, perlahan ia mendekati sang tuan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Pergi juan, hidupku sudah jauh lebih baik"

Ricky terbangun dari duduknya, berniat untuk meninggalkan juan yang berdiri disana menatapi dirinya dengan penuh kasih.

"Aku tak butuh rasa belas kasihan darimu, aku tak butuh maaf apapun, jadi ku mohon padamu tinggalkan aku dan biarkan aku menikmati hidupku saat ini"

"Aku—"

"Ku mohon, biarkan aku hidup dengan ketenangan.."

Dan detik itu pula air mata juan jatuh membasahi pipi mulusnya, ia bisa merasakan betapa tersiksa sang tuan yang terkena dampak akibat kehancuran hari itu.

Juan sudah mengkhianati ricky, juan sudah memanfaatkan ricky sepenuhnya, juan telah menyakiti ricky.

"Maaf.., tuan— aku sungguh; maafkan aku ricky"

Ia terduduk dengan lututnya, memohon kepada ricky. Rasa bersalah yang kembali muncul, kini juan benar-benar menyesal ia telah menyakiti seseorang yang ia sayangi.

"Tuan, maafkan aku dan hiduplah bersama ku"

"Jika kau melakukan itu hanya karena kau—"

"Aku telah menaruh seluruh nya padamu tuan.., aku– aku akan mempertaruhkan seluruhnya untukmu"

"Apa maksudmu?"

Alis nya menukik mendengar penuturan juan, apa yang dimaksud 'seluruh nya' itu, dan mengapa juan? Kenapa juan yang datang padanya?

"Tinggallah bersamaku, aku ingin kau terus bersamaku tuan"



































Dah ya end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

noending [en-]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang