Langit malam yang begitu gelap dihiasi dengan berbagai bintang tak lupa dengan bulan purnama yang sempurna menerangi malam yang gelap. Emerland berwarna coklat tersebut memandangi bulan, bagai cahaya kebahagiaan emerland berwarna coklat tersebut terus memancarkan cahaya.
Waktu demi waktu berjalan tanpa disadari, kehangatan yang menjalar seluruh tubuh kini kian perlahan tak terasa. Hawa dingin menemaninya selama 1 bulan terakhir, tak ada yang mampu menghangatkan tubuhnya selain sebuah pelukan hangat yang dapat menenangkan pikiran kacau nya.
Sunoo menatap sendu kearah bulan yang tersebut, layaknya sebuah layar tancap bulan tersebut seolah menayangkan kenangan antara dirinya dengan kekasih nya saat ini. Momen bahagia dan hangat yang dirasakan kini sudah pudar, air matanya jatuh mengenai pipi mulusnya.
Rasa kesepian menyerang sunoo, tak ada henti nya ia berharap kepada tuhan ia tak akan kehilangan untuk kesekian kalinya. Hutan yang dipenuhi pepohonan dengan satu bunga matahari yang tumbuh di tengah-tengah menggambarkan keadaannya saat ini, ramai namun tak terasa.
Jikalau pun kupu-kupu berterbangan akan menolak kehadiran bunga tersebut, perlahan bunga tersebut akan layu tanpa disadari seperti jungwon yang perlahan kehilangan rasa cinta nya terhadap dirinya namun ia menolak hal tersebut, sehingga mampu membuat setangkai bunga matahari itu mengeluarkan bau yang tak harum.
Batinnya terisak mengetahui fakta tersebut, namun tubuhnya tak merasa kalau ia tengah berada di ketajaman yang dapat melukai siapapun ketika menyentuhnya. Logikanya tak begitu sejalan dengan apa yang ia rasakan, dibawah bulan purnama ia berharap jungwon dapat menghubungi nya kembali seperti sejak pertama mereka bertukar cerita melalui pesan suara.
wonwon | Mari bertemu sesaat | Aku rindu bunga ku
Layar ponselnya menyala menampakkan pesan yang dikirim oleh kekasihnya, lengkungan bibir ia tampakkan. Rasa senang namun sedih terasa secara bersamaan, ia yakin nasibnya akan berakhir seperti setangkai bunga yang mengeluarkan bau yang tak harum.
Kaki nya melangkah menuju tempat yang dijanjikan sewaktu dulu, keduanya mengenal satu sama lain dengan baik. Sungai yang tenang memantulkan cahaya bulan malam itu, ia bisa melihat kekasihnya yang sudah berdiri di dekat tepi sungai sembari menatap bulan.
"Bagaimana kabarmu sayang?" Sebuah kalimat yang sunoo lontarkan ketika ia dapat menangkap wajah jungwon setelah sekian lamanya.
"Tidak baik karena setangkai bunga matahari ku tak ku rawat dengan baik"
Sunoo tersenyum dengan penuturan yang diberikan, lengannya terangkat telapak tangannya menyentuh rambut hitam legam tersebut, mengelusnya dengan begitu sayang.
"Aku disini sayang"
"Tentu.., bolehkah aku merawatnya kembali? Aku ingin melihat bunga itu setiap hari ketika aku bangun dari tidurku"
Gelengan pelan diberikan, ada rasa penuh bersalah ketika jungwon mendapat sinyal yang diberikan. Ia mengerti apa yang dirasakan oleh sunoo selama ini, telat menyadarinya sangatlah menyusahkan.
Terlalu bodoh untuk dirinya meminta untuk merawat bunga tersebut kembali padahal sudah jelas ia sendiri yang membuat bunga tersebut layu karena tak menyirami nya dengan baik.
"It's the end for us.."
Air matanya jatuh begitu saja ketika sunoo mengucapkan kalimat tersebut, ia dapat melihat wajah kekasihnya yang penuh dengan kesedihan saat ini. Mungkin ia akan menyesal karena pilihannya namun berada di posisinya juga bukanlah hal yang menguntungkan baginya.
Ia harus bertengkar dengan ego yang tak bisa dikalahkan, ia terus menerus menghadapi kata maaf yang tak ada habisnya. Ia harus bersikap egois kali ini.
"Aku sayang kamu jungwon"
Dekapan hangat itu kembali ia rasakan, sebagai tanda terima kasih dan perpisahan. Bunga matahari itu memilih untuk hidup diluar hutan, kembali bersama dengan kawan lainnya. Bukan cahaya bulan yang ia butuhkan melainkan cahaya matahari yang ia butuhkan pada beberapa hari akhir.
"Maafkan aku, ku harap aku bisa menemui mu kembali ketika aku sudah menjadi lebih baik; maaf telah membuatmu tersiksa karena ku ya. Aku menyayangimu sunoo"
Wajah keduanya saling mendekat, sunoo membawa nya kedalam pangutan hangat sebagai tanda perpisahan. Ia akan mengingat malam ini sampai kapanpun, hubungan yang berjalan baik akan berakhir tak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Keduanya akan kembali dengan harian tanpa ada kecupan kasih sayang, dan pelukan hangat. Mereka akan menjalani hari-hari nya layak sebuah bibit tanaman yang baru saja ditanam, semua terulang menjadi awal, sunoo akan menjalani kehidupan sehari-hari nya tanpa jungwon, begitupun dengan jungwon.
"Biar ku antar pulang ya? Sebagai tanda terima kasihku"
Jungwon mengangguk tanda setuju dengan ucapan sunoo; "Bolehkah aku genggam tanganmu?" tanya nya begitu ragu, takut jika akan ditolak.
"Tentu sayang"
Genggaman tersebut terasa begitu rekat, sunoo bisa merasakan jungwon yang mungkin tak akan melepaskan genggaman tangannya sekalipun mereka sampai di apartemen jungwon.
"Aku bertemu dengan profesor hari ini, aku akan melakukan tes dalam waktu dekat"
"Oh ya? Ingin ku traktir jika kamu bisa lulus dari tes tersebut? Kita coba ice cream yang sempat kamu bilang itu ya" balas sunoo dengan antusias.
Keduanya merasakan rasa kehilangan, berakhir dengan baik akan sedikit menyiksa namun disisi lain ia merasa lega tak ada hal bodoh yang perlu diributkan, perasaan yang menghilang merupakan hal yang wajar dalam suatu hubungan, namun bukan berarti menjadi pacuan untuk menghilang dari hadapan pasangan sendiri.
"Kita harus mencoba bakmie yang ibu ku katakan itu, bersama ya! Ketika aku dapat libur, ayo habiskan waktu bersama berkeliling kota dan membeli beberapa camilan"
"Boleh sayang, hubungi aku langsung jika kamu tengah liburan ya"
Bulan purnama membawa kehangatan untuk keduanya ketika hubungan mereka sudah berakhir, sedikit menyakitkan namun harus dijalani dengan senyuman di hari kedepannya yang akan datang.
"I love how the moon made us sunoo"
"And i'm glad that you came to my life sayang"
emang kalo udah mantan boleh manggil "sayang"?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.